Posts

Showing posts from 2008

Pelayanan, Krisis, dan Harapan Baru

Image
Tidak terasa kita sudah sampai pada hari Minggu terakhir di tahun 2008 ini. Jika ada satu kata yang pantas diucapkan bagi gereja kita untuk pencapaian sepanjang tahun ini maka itu adalah: “Luar Biasa”. Bagaimana tidak luar biasa untuk gereja yang masih tergolong sangat muda ini? Menjadi paroki yang ke-60 dari Keuskupan Agung Jakarta pada awal tahun ini, selesai membangun gedung aula Keluarga Kudus Nazareth yang resmi difungsikan pada bulan Mei, Misa hari Minggu sudah 3 kali sejak awal November, keuangan yang sudah surplus, ‘cetak biru’ perencanaan strategik dalam pengelolaan paroki, Warta RC yang sudah terbit rutin dengan 12 halaman penuh dan didukung pula dengan website yang up-to-date, Tim Layanan Doa via SMS 24 jam yang siap membantu siapa pun yan berbeban berat, munculnya ‘wajah-wajah baru’ yang menyemarakkan kegiatan dan pelayanan, dll. Beberapa karya juga sudah menanti pada tahun 2009, di antaranya peresmian fasilitas jalan salib di seputar halaman gereja, peletakan batu

Double Commandment

Image
Cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama. Kedua hukum cinta ini merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Seorang tidak mungkin mencintai Allah jika ia tidak mencintai sesamanya. “Jikalau seorang berkata “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya” ( 1 Yoh 4:20 ). Kekristenan adalah iman yang istimewa. Jika lewat agama dan kepercayaan lain, manusia yang berusaha mencari Allah, dalam kekristenan, Allah-lah yang mencari manusia. Ia adalah figur dalam perumpamaan Yesus sebagai gembala yang mencari domba yang tersesat, perempuan yang mencari dirham yang hilang, dan ayah yang berlari, merangkul, dan mencium si bungsu yang kembali ke rumah ( Luk 15 ). Allah adalah kasih. Ia senantiasa mengasihi dan tidak pernah meninggalkan kita. Ia hadir secara nyata dalam diri Yesus. “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”, jawab Yesus kepa

Keping Denarius

Image
“Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” adalah perkataan Yesus yang terkenal dalam perikop tentang membayar pajak kepada kaisar ( Mat 22:15-22 ). Selain menunjukkan kepiawaian-Nya dalam berdebat, pernyataan tersebut juga menimbulkan berbagai tafsir. Yang pro maupun yang kontra terhadap pajak sama-sama mempergunakannya untuk mendukung posisi masing-masing. Ada pula yang berpendapat bahwa Yesus sebenarnya mengajarkan tentang pemisahan antara negara dan agama. Apapun interpretasinya, yang jelas orang-orang Parisi dan Herodian terpaksa gigit jari. Untuk kesekian kalinya mereka berusaha mencobai Yesus dengan pertanyaan yang menjebak. Mereka berharap jika Yesus menjawab “ya”, Ia akan ditinggalkan pengikut-Nya karena dianggap memihak kepada penguasa Romawi. Sebaliknya, jika Yesus menjawab “tidak”, Ia bisa ditangkap dengan alasan penghasutan. Yesus mengetahui isi hati orang-orang Parisi yang dipenu

Baju Pesta

Image
Seperti perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur ( Mat 21:33-46 ), perumpamaan tentang perjamuan kawin ( Mat 22:1-14 ) kembali menggambarkan tawaran keselamatan dari Allah, sekali ini dalam nuansa yang eskatalogis. Bukankah sangat istimewa jika kita diundang oleh seorang raja untuk ikut merayakan pesta kawin anaknya? “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” ( Why 19:9 ), demikian sabda bahagia dari Allah sendiri. Sebagai bangsa terpilih, umat Israel mendapat kesempatan untuk menerima kabar gembira pertama kali ( Mat 10:5-6 ; Kis 13:46 ). Meskipun Israel menolak, Allah senantiasa mau menghampiri mereka bahkan dengan tawaran yang lebih meyakinkan. Sayangnya, bangsa yang tegar tengkuk ini tetap lebih tertarik pada hidup keduniawian mereka. Mereka bahkan tega menganiaya dan membunuh para nabi dan Yesus sehingga mendatangkan penghukuman. Penolakan Israel telah membuka pintu pengenalan akan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain ( Rom 11:11 ), yaitu m

Penghakiman Diri

Image
Perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur ( Mat 21:33-46 ) memperlihatkan betapa kemurahan hati dan kesabaran Tuhan senantiasa dibalas dengan pemberontakan dan kejahatan, khususnya oleh para imam kepala dan tua-tua bangsa Israel. Pantaslah mereka disebut sebagai angkatan yang jahat, tidak setia, dan sesat. Begitu parahnya sehingga mereka tidak layak menerima pengungkapan yang terang atas rahasia Kerajaan Allah ( Mat 13:10-15 ) kecuali sebatas tanda nabi Yunus saja ( Mat 12:38-42 &  16:1-4 ). Ada hal lain yang menarik dalam perumpamaan tersebut. Yesus tampaknya menghendaki imam-imam kepala dan kaum Parisi menyatakan lewat mulut mereka sendiri kejahatan mereka. Kejadian tersebut mirip dengan peristiwa perumpamaan nabi Natan yang membuat Daud menghakimi dirinya sendiri ( 2 Sam 12:1-7 ). Bedanya, Daud kemudian mengakui dosanya dan memohon ampun kepada Tuhan sedangkan kaum Parisi marah dan ingin menangkap Yesus. Tentang menghakimi, Rasul Paulus ada menulis: “Karena itu, h

"Engkau Adalah Mesias"

Image
Pengakuan tegas Petrus bahwa Yesus ialah Kristus (khristos = terjemahan Yunani dari kata ‘Mesias’ atau ‘Yang Diurapi’) adalah pernyataan iman yang luar biasa di tengah berbagai spekulasi atas jatidiri Yesus pada saat itu. Walau mengajar dengan penuh kuasa, mengadakan banyak mukjizat, membangkitkan orang mati, menaklukkan alam, dan mengusir setan, Yesus cuma disetarakan dengan Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia, atau seorang Nabi ( Mat 16:14 ). Kaum Parisi bahkan menuduhNya sebagai Iblis ( Mat 9:34 &  12:24 ). Meski pengertian Petrus tentang Yesus belum ‘sempurna’ ( lih.  penolakan Petrus ( Mat 16:21-23 )), pengakuannya sungguh mengagumkan sehingga Yesus menyatakan: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapaku yang di sorga” ( Mat 16:17 ). Sedemikian penting pengakuan tersebut hingga menjadi fondasi berdirinya gereja perdana dan Yesus sendiri melimpahkan otoritas bagi karyanya. “di atas batu karang ini Aku akan men

Jangan Takut

Image
Meski telah sekian lama mengikuti Kristus dan menyaksikan kuasaNya, termasuk kuasa atas kematian, para murid masih tidak bisa lepas dari rasa takut. Mereka tetap takut binasa meski bersama Yesus di perahu saat angin ribut, Petrus tetap takut tenggelam saat berjalan di atas air walau Yesus menjaganya, dan roh ketakutan begitu menguasai Petrus sehingga Yesus menghardiknya “Iblis”. Maka saat mereka terpisah dari Yesus, tidaklah sulit untuk memahami mengapa Petrus bisa menyangkalNya sampai tiga kali, mengapa hanya ada seorang murid yang mendampingi pada saat terakhirNya, dan mengapa para murid tetap bersembunyi meski kebangkitanNya telah diketahui oleh Maria Magdalena. Sama seperti para murid, kitapun sering takut. Dan kematianlah yang paling kita takuti. Tentang ini, penulis Ibrani menyatakan: “... supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” ( Ibr 2:15 ). Setelah Adam jatuh dalam dosa, maut berkuas

Pilihan Tuhan

Image
Alkitab menyebutkan ( Ul 7:7-9 ,   4:37 ) Tuhan memilih bangsa Israel karena Ia mengasihi nenek moyang mereka: Abraham, Ishak, dan Yakub, yang telah menanggapi panggilanNya dengan setia. Sebutan “Israel” sendiri baru muncul sebagai nama baru yang diberikan oleh Tuhan kepada Yakub ( Kej 35:10 ). Dari keturunan mereka akan lahir seorang Mesias yang telah Tuhan janjikan sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa. “Keturunan dari seorang perempuan” akan meremukan kepala sang ular (Iblis) dan sang ular akan meremukkan tumitnya ( Kej 3:15 ). Kristus, sang Mesias, datang ke dunia sebagai keturunan dari seorang perempuan, dari suatu keluarga, dari suatu bangsa. Kedatangan dan karya Kristus juga perlu dinubuatkan dan diwartakan lewat suatu bahasa, bahasa manusia, bahasa suatu bangsa. “Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus” ( Kel 19: 6a ). Israel dijanjikan menjadi bangsa para imam, nabi, dan pewarta supaya mereka memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari K

"Yang Kukehendaki Ialah Kasian dan Bukan Persembahan"

Image
Kaum Parisi adalah suatu kelompok agama berpengaruh di Israel pada masa Kristus. Kehidupan keagamaan mereka menekankan pada kepatuhan yang ketat terhadap hukum dan tradisi Taurat. Mereka adalah kelompok yang esklusif (Parisi berarti “yang terpisah”) dan tidak mau bergaul dengan orang yang mereka pandang berdosa. Keyakinan mereka bahwa mereka mampu menyenangkan Tuhan lewat kepatuhan pada hukum dan tradisi Taurat menimbulkan kesombongan rohani, seperti yang dilukiskan dalam perumpamaan tentang orang Parisi dan pemungut cukai ( Luk 18:9-14 ). “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” ( Yak 4:6 ). Mereka yang sombong rohani sesungguhnya telah meletakkan dasar hubungan dan pengharapannya akan Allah dalam ketakutan dan ketidakpercayaan. Mereka takut apabila mereka tidak menyenangkan hati Tuhan melalui perbuatan atau korban persembahan, Tuhan akan murka dan menghukum mereka. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan mampu memenuhi janji keselamatanNya semata-

Kehendak Allah

Image
Perwahyuan atas kehendak Allah secara historis alkitabiah tertuang dalam hukum Taurat, termasuk Sepuluh Perintah, sebagai wujud perjanjian antara Allah dengan umat terpilihNya, Israel. Israel dituntut mematuhi seluruh isi hukum tersebut. Dalam kenyataan, karena gaya tarik kehendak bebas dan egoisme, manusia Israel tidak pernah mampu mematuhinya dengan sempurna. Ketidakpatuhan mengakibatkan kutuk dosa ( Gal 3:10 ,   Ul 27:26 ) sehingga manusia senantiasa terpisah dari dan kehilangan kemuliaan Allah. Karena kasihNya, Allah mengutus putra tunggalNya datang ke dunia, bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya ( Mat 5:17 ). Kristus menggenapi hukum Taurat dengan menjadikan diriNya sendiri sebagai teladan dari hukum kasih, taat pada kehendak Bapa sampai akhir. Lewat darahNya, darah Perjanjian Baru, yang ditumpahkan di kayu salib, Ia menanggung seluruh dosa, membenarkan, dan memulihkan hubungan manusia terhadap Allah. Ia datang dari surga bukan untuk melakukan kehen

Pajak

Image
Pernyataan-pernyataan berikut barangkali kita sudah sering dengar: “pajaknya terlalu tinggi sedangkan fasilitas dan pelayanan publiknya minim”, “yang dibayar toh dikorupsi juga”, “meskipun kita jujur, aparat tetap akan memeras”, “buat apa bayar ke negara, mendingan bagi sendiri saja kepada orang-orang miskin”, dan seterusnya. Seorang profesor hukum mengatakan bahwa pajak adalah isu moral yang penting. Pajak sangat diperlukan agar pemerintah dapat mengumpulkan pendapatan untuk membiayai kepentingan umum. Orang tidak mungkin dapat menikmati manfaat yang paling sederhana dari suatu peradaban tanpa pajak. Persoalannya, orang tidak senang membayar pajak tetapi mau menikmati fasilitas publik seperti keamanan, pelayanan publik, jalan, dan sebagainya. Apakah dasar alkitabiah yang dapat membantu umat kristiani, khususnya kita warga paroki Regina Caeli , menentukan sikap terhadap kewajiban pajak? Pajak sudah dikenal sejak masa Perjanjian Lama. Keluaran 30 menceritakan Tuhan memeri

Kasih Walaupun ......

Image
“Ah gereja anda kan umatnya kaya-kaya. Saya juga banyak menyumbang tetapi kepada gereja yang miskin, yang sudah mau ambruk ...”, demikian kira-kira ucapan yang dikutip dari seorang umat yang berasal dari luar Jakarta menanggapi tawaran untuk berpartisipasi dalam iklan ucapan selamat atas rencana peresmian gereja Regina Caeli menjadi paroki. “Saya sangat yakin, dan sangat bagus kalau ada yang mau sumbang, pasti pahalanya sangat besar. (Tapi) Untuk pribadi dan perusahaan, saya tidak bisa turut serta karena sudah ada proporsional untuk gereja tapi bukan di iklan saja.”, bunyi sms dari seorang teman menanggapi tawaran yang sama. Setidaknya ada dua pesan menarik dari kedua pernyataan di atas untuk direnungkan kita bersama. Pertama, bahwa gereja Regina Caeli senantiasa dipandang sebagai gereja yang mampu, umatnya kaya-kaya, suatu persepsi yang melekat mungkin karena penampakan fisik dan lokasinya yang berada di dalam suatu kompleks perumahan yang tergolong elite. Refleksi kit