Kehendak Allah
Perwahyuan atas kehendak Allah secara historis alkitabiah tertuang dalam hukum Taurat, termasuk Sepuluh Perintah, sebagai wujud perjanjian antara Allah dengan umat terpilihNya, Israel. Israel dituntut mematuhi seluruh isi hukum tersebut. Dalam kenyataan, karena gaya tarik kehendak bebas dan egoisme, manusia Israel tidak pernah mampu mematuhinya dengan sempurna. Ketidakpatuhan mengakibatkan kutuk dosa ( Gal 3:10 , Ul 27:26 ) sehingga manusia senantiasa terpisah dari dan kehilangan kemuliaan Allah. Karena kasihNya, Allah mengutus putra tunggalNya datang ke dunia, bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya ( Mat 5:17 ). Kristus menggenapi hukum Taurat dengan menjadikan diriNya sendiri sebagai teladan dari hukum kasih, taat pada kehendak Bapa sampai akhir. Lewat darahNya, darah Perjanjian Baru, yang ditumpahkan di kayu salib, Ia menanggung seluruh dosa, membenarkan, dan memulihkan hubungan manusia terhadap Allah. Ia datang dari surga bukan untuk melakukan kehen