Baju Pesta
Seperti perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur (Mat 21:33-46), perumpamaan tentang perjamuan kawin (Mat 22:1-14) kembali menggambarkan tawaran keselamatan dari Allah, sekali ini dalam nuansa yang eskatalogis. Bukankah sangat istimewa jika kita diundang oleh seorang raja untuk ikut merayakan pesta kawin anaknya? “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” (Why 19:9), demikian sabda bahagia dari Allah sendiri.
Sebagai bangsa terpilih, umat Israel mendapat kesempatan untuk menerima kabar gembira pertama kali (Mat 10:5-6; Kis 13:46). Meskipun Israel menolak, Allah senantiasa mau menghampiri mereka bahkan dengan tawaran yang lebih meyakinkan. Sayangnya, bangsa yang tegar tengkuk ini tetap lebih tertarik pada hidup keduniawian mereka. Mereka bahkan tega menganiaya dan membunuh para nabi dan Yesus sehingga mendatangkan penghukuman.
Penolakan Israel telah membuka pintu pengenalan akan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain (Rom 11:11), yaitu mereka yang digambarkan dalam perumpamaan sebagai orang-orang di persimpangan jalan. Seperti yang telah dinyatakan, yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu. Orang jahat maupun orang baik tidak dibedakan karena di mata Allah semua telah berdosa (Rom 3:9).
Bagaimana mungkin orang-orang di jalan yang diundang secara tiba-tiba bisa siap dengan baju pesta? Sang raja sendiri telah menyediakan baju pesta tersebut di luar ruang perjamuan. Baju pesta adalah lambang kasih karunia Allah yang terajut sempurna dalam karakter Kristus. Hanya mereka yang mau menanggalkan baju lama, yaitu sikap hidup kedagingan yang mengandalkan pembenaran diri, dan mau mengenakan baju pesta, yaitu sikap hidup dalam roh yang mengandalkan anugerah pembenaran dalam iman kepada Kristus, yang berkenan bagi Allah. Mereka yang ngotot masuk ke ruang perjamuan dengan tetap memilih baju lama daripada baju pesta telah menghina-Nya, tidak lebih baik daripada mereka yang menolak-Nya sejak semula. Tidak heranlah mereka mengalami penghukuman, terlempar dengan kaki dan tangan terikat ke dalam kegelapan di luar istana.
Bagaimana mungkin orang-orang di jalan yang diundang secara tiba-tiba bisa siap dengan baju pesta? Sang raja sendiri telah menyediakan baju pesta tersebut di luar ruang perjamuan. Baju pesta adalah lambang kasih karunia Allah yang terajut sempurna dalam karakter Kristus. Hanya mereka yang mau menanggalkan baju lama, yaitu sikap hidup kedagingan yang mengandalkan pembenaran diri, dan mau mengenakan baju pesta, yaitu sikap hidup dalam roh yang mengandalkan anugerah pembenaran dalam iman kepada Kristus, yang berkenan bagi Allah. Mereka yang ngotot masuk ke ruang perjamuan dengan tetap memilih baju lama daripada baju pesta telah menghina-Nya, tidak lebih baik daripada mereka yang menolak-Nya sejak semula. Tidak heranlah mereka mengalami penghukuman, terlempar dengan kaki dan tangan terikat ke dalam kegelapan di luar istana.
Ah...soal raja menyediakan baju pesta itu mengada-ada. Kan tidak disebutkan dalam Alkitab? Betul. Tapi jangan-jangan jika kita meragukan bahwa raja telah mempersiapkan baju pesta bagi para tamu undangannya sebenarnya juga adalah refleksi dari keraguan kita bahwa Allah telah menyediakan anugerah keselamatan secara cuma-cuma bagi kita umat manusia. Percayakah anda?
Comments
Post a Comment