Angin Ribut Diredakan
Meski mendapat kesempatan dan kemudahan mengetahui rahasia Mesianik dan Kerajaan Allah, para murid ternyata masih belum mengerti siapakah Yesus sebenarnya. Injil hari ini (Mrk 4:35-40) menceritakan mereka dikuasai oleh ketakutan, takut saat menghadapi angin ribut dan tetap juga “takut” setelah menyaksikan kuasa Yesus.
Kita juga bisa mengalami “angin ribut” yang mengancam harta, karir, rumah tangga, bahkan nyawa kita. Ketika segala upaya sudah ditempuh, tetapi badai persoalan tak kunjung reda, ketakutan pun menguasai kita. Dan kita berteriak seperti para murid: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Mungkinkah Yesus membiarkan mereka yang diajak berlayar bersama-Nya gagal sampai ke seberang? Mungkinkah Ia membiarkan kita yang sudah dianugerahi dengan janji keselamatan kekal binasa ketika berjalan bersama-Nya? Kita ragu karena kita sebenarnya juga belum kenal betul siapa Yesus … Ia yang berkuasa mengendalikan laut dan ombak (Ayub 38:8-11).
Musibah dapat menimpa orang baik seperti halnya keberuntungan terjadi pada orang jahat. Allah memang tidak mencobai (Yak 1:13), tapi adakalanya Ia mengizinkannya (lih. Ayub). Kita sering tidak mengerti rencana-Nya sebagaimana kita keliru menyikapinya. Ayub kesal setengah mati, para murid takut dan tidak percaya, tetapi santo Paulus bersikap sebaliknya (Kis 27). “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami …” (2 Kor 5:14a) itulah iman santo Paulus, dan yang seharusnya juga menjadi iman kita. Hidup dalam ketakutan adalah cara hidup yang lama ketika dosa masih berkuasa. Kita yang lama sudah mati, sekarang kita yang baru selayaknya hidup bukan lagi untuk diri kita sendiri tapi untuk Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita (2 Kor 5:14b-15).
Maka ketika kita berdoa Bapa Kami “janganlah masukkan kami ke dalam percobaan”, Bapa Suci mengajarkan (buku: Jesus of Nazareth) bahwa sesungguhnya inilah yang ingin kita ucapkan: “Tuhan, aku tahu aku perlu diuji agar menjadi murni. Jika Engkau memutuskan untuk mengirimkan ujian kepadaku, jika Engkau memberi yang jahat ruang untuk bergerak, seperti halnya terhadap Ayub, tolong ingatlah bahwa kekuatanku terbatas. Jangan pandang tinggi kemampuanku. Berilah batas pada ujian yang akan aku hadapi, dan dekatlah padaku dengan tangan-Mu yang melindungi saat aku mulai tidak berdaya.” Dan ketika kita tutup dengan “Bebaskanlah kami dari yang jahat.”, sempurnalah permohonan kita. Sehingga sekalipun jika saat itu harus menjadi akhir dari perziarahan kita, bagi yang percaya dan setia, yakinlah, sesungguhnya kita sudah menang. Seperti yang santo Paulus ajarkan, jika Allah ada di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Sebab tidak ada sesuatu apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Comments
Post a Comment