Penghakiman Diri


Perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur (Mat 21:33-46) memperlihatkan betapa kemurahan hati dan kesabaran Tuhan senantiasa dibalas dengan pemberontakan dan kejahatan, khususnya oleh para imam kepala dan tua-tua bangsa Israel. Pantaslah mereka disebut sebagai angkatan yang jahat, tidak setia, dan sesat. Begitu parahnya sehingga mereka tidak layak menerima pengungkapan yang terang atas rahasia Kerajaan Allah (Mat 13:10-15) kecuali sebatas tanda nabi Yunus saja (Mat 12:38-4216:1-4).

Ada hal lain yang menarik dalam perumpamaan tersebut. Yesus tampaknya menghendaki imam-imam kepala dan kaum Parisi menyatakan lewat mulut mereka sendiri kejahatan mereka. Kejadian tersebut mirip dengan peristiwa perumpamaan nabi Natan yang membuat Daud menghakimi dirinya sendiri (2 Sam 12:1-7). Bedanya, Daud kemudian mengakui dosanya dan memohon ampun kepada Tuhan sedangkan kaum Parisi marah dan ingin menangkap Yesus.

Tentang menghakimi, Rasul Paulus ada menulis: “Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama....adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?” (Roma 2:1, 3b). Yesus sendiri telah berulangkali mengajarkannya: saat Khotbah di Bukit (Mat 7:1-5), saat Ia mengecam ahli-ahli Taurat dan kaum Parisi (Mat 23:29-36), dan saat Ia menantang mereka untuk melemparkan batu pertama kepada perempuan yang berzinah (Yoh 8:1-11).

Gereja Kristus adalah penyewa baru kebun anggur Tuhan lewat suatu Perjanjian Baru. Setiap anggota dituntut untuk menghasilkan buah roh dan kebenaran dalam iman kepada Kristus sebagai jawaban atas kebaikan dan janji keselamatan Tuhan. Dia senantiasa mau menghampiri untuk membimbing kita agar berhasil mengusahakan kebun anggur tersebut sekaligus mengingatkan akan tanggung jawab kita. Jangan sampai kita menganggap diri sebagai pekerja yang layak menerima upah yang lebih besar daripada pekerja-pekerja lain atau bahkan menjadi iri dan lupa diri sehingga mau mengambilalih kebun tersebut dari Sang Pemilik. Seperti ajaran Yesus tentang kain yang belum susut dan anggur yang baru (Mat 9:16-17), Perjanjian Baru dalam Kristus tidak selayaknya dijalani dengan sikap hidup yang lama, sikap hidup Parisi yang penuh kemunafikan. Kecuali jika kita juga mau masuk perangkap penghakiman diri. Amin.

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Walaupun ......

Keping Denarius

Aman Dalam Tangan-Nya