"Yang Kukehendaki Ialah Kasian dan Bukan Persembahan"
Kaum Parisi adalah suatu kelompok agama berpengaruh di Israel pada masa Kristus. Kehidupan keagamaan mereka menekankan pada kepatuhan yang ketat terhadap hukum dan tradisi Taurat. Mereka adalah kelompok yang esklusif (Parisi berarti “yang terpisah”) dan tidak mau bergaul dengan orang yang mereka pandang berdosa. Keyakinan mereka bahwa mereka mampu menyenangkan Tuhan lewat kepatuhan pada hukum dan tradisi Taurat menimbulkan kesombongan rohani, seperti yang dilukiskan dalam perumpamaan tentang orang Parisi dan pemungut cukai (Luk 18:9-14).
“Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yak 4:6). Mereka yang sombong rohani sesungguhnya telah meletakkan dasar hubungan dan pengharapannya akan Allah dalam ketakutan dan ketidakpercayaan. Mereka takut apabila mereka tidak menyenangkan hati Tuhan melalui perbuatan atau korban persembahan, Tuhan akan murka dan menghukum mereka. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan mampu memenuhi janji keselamatanNya semata-mata karena anugerah, bukan atas kepatuhan pada aturan dan ritus keagamaan.
“Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yak 4:6). Mereka yang sombong rohani sesungguhnya telah meletakkan dasar hubungan dan pengharapannya akan Allah dalam ketakutan dan ketidakpercayaan. Mereka takut apabila mereka tidak menyenangkan hati Tuhan melalui perbuatan atau korban persembahan, Tuhan akan murka dan menghukum mereka. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan mampu memenuhi janji keselamatanNya semata-mata karena anugerah, bukan atas kepatuhan pada aturan dan ritus keagamaan.
Sebaliknya, Daud dalam pengakuan dosanya berseru: “Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran Engkau tidak menyukainya. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina ya Allah” (Maz 51:18-19). Orang yang rendah hati akan mampu melihat kekurangan dan kesalahan sesamanya, sebagaimana kekurangan pada dirinya sendiri, sebagai dasar baginya untuk berbelas kasih dan mengampuni. “Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan” (Mat 5:7). Orang yang rendah hati meletakkan dasar hubungannya dengan Allah dan sesama dalam kasih. Dalam kasih inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat 22:40).
Kaum Parisi sekarang sudah tidak ada lagi, namun sikap hidup mereka bisa jadi kita warisi dalam manifestasi lain, yakni ketumpulan rohani, ketika kehadiran di gereja dan pelayanan kita lebih menitikberatkan pada formalitas dan ritual daripada penyerahan diri sebagai orang yang berdosa dan yang merindukan anugerah pengampunan Tuhan dan ketika kita menganggap persembahan waktu, tenaga, pikiran, dan materi kita mampu untuk menyenangkan hati Tuhan dan, karena itu, menjamin keselamatan kita. Kristus telah mengingatkan jika hidup keagaaman kita tidak lebih baik dari ahli Taurat dan orang Parisi, kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Mat 5:20). Mari memilih dengan bijaksana.
Comments
Post a Comment