Posts

Showing posts from August, 2010

Rendah dan Murah Hati

Image
Dalam perjamuan pesta, acapkali ada bagian khusus yang disediakan buat VIP atau VVIP, yaitu orang-orang yang dianggap penting karena hubungan kekerabatan atau karena status sosialnya. Mereka mendapat kemudahan dan perlakuan yang lebih istimewa dibandingkan tamu lainnya. Lewat mutualisme tersebut, yang mengundang dan yang dipentingkan sama-sama merasa terhormat. Senang dihormati dan rasa bangga itu sah-sah saja. Tapi waspadalah, jangan sampai ini cuma kamuflase dari sifat yang jauh lebih destruktif: kesombongan. Sifat sombong berakar dari pembenaran diri. Merasa layak untuk mendapatkan sesuatu dengan usaha sendiri. Santo Agustinus mendefinisikannya sebagai 'cinta akan kehebatan diri'. Katekismus Gereja menyebutkan bahwa kebencian terhadap Allah muncul dari kesombongan ( n. 2094 ). Ingat kisah Lusifer, malaikat yang menganggap dirinya setara dengan Allah, atau saat Iblis pertama kali memancing manusia ke dalam dosa “…kamu akan menjadi seperti Allah…” ( Kej 3:5 )! Lewat

Pintu

Image
Alkisah, seorang kaya memiliki banyak koper yang penuh dengan emas batangan. Saat ajalnya, ia memohon kepada Tuhan untuk membawa serta semua koper tersebut. Karena akhirnya cuma diizinkan membawa satu saja, ia lantas memilih koper yang terbesar. Sesampainya di pintu surga, sambil terengah-engah menarik koper yang berat itu, ia berjumpa dengan Santo Petrus. “Maaf, pintunya tidak muat.” Santo mencegahnya masuk. “Santo, aku ini sudah deal dengan Tuhan! ” protes si kaya. Penasaran, Santo lalu mengintip ke dalam koper. Dengan geleng-geleng ia kemudian berkata: “ Ngapain bawa batubata ke sini?” Si kaya kaget bukan kepalang. Rupanya ia tidak sadar ketika kehidupannya beralih dari tubuh menjadi roh, emas batangan yang dibawa ikut berubah menjadi batubata. Bicara soal pintu, saya teringat rumah masa kecil yang memiliki 3 pintu depan. Pintu besar, dibuka jika ada tamu penting atau acara khusus; pintu kecilan di sisi kanan, dipakai sehari-hari untuk keluarga; dan pintu paling kecil di sisi

Regina Caeli

Image
“Salam, hai engkau yang dikaruniai. Tuhan menyertai engkau.” demikianlah sapaan malaikat Gabriel kepada Maria ( Luk 1:28 ). Dalam Injil asli berbahasa Yunani kata “salam” tersebut berasal dari kata “ kaire ”, yang secara harafiah berarti “bersukacitalah”. Maka boleh dikatakan inilah awal dari kabar gembira Perjanjian Baru. Begitu luar biasa pancaran roh sukacita yang timbul berkat kabar gembira tersebut sehingga ketika Elisabeth dikunjungi oleh Maria, mendengar salamnya, bayi di dalam rahim Elisabeth pun melonjak kegirangan. Elisabeth sendiri yang dipenuhi oleh Roh Kudus berseru dengan nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” dan memanggil Maria sebagai Bunda Allah. Salam dari malaikat dan pujian dari Roh Kudus di ataslah yang senantiasa kita ulangi dalam doa Salam Maria. Sapaan Elisabeth selanjutnya yang dimulai dengan: “Dan berbahagialah ia yang telah percaya …” ditanggapi oleh Maria dengan suatu senandung yang terajut indah dari aya

"Juallah Segala Milikmu dan Berikanlah Sedekah"

Image
Menyikapi sabda Yesus di atas, pertanyaan yang instan muncul di benak kita barangkali sama seperti reaksi Santo Petrus atas perumpamaan Yesus hari ini ( Luk 12:32-48 ): Kepada siapa ini ditujukan? Kita semua atau kepada para murid saja? Kalau boleh berspekulasi sedikit, terkesan ada semangat elitisme dalam nada pertanyaan Santo Petrus ( ay 41 ). Seakan ingin mendapat penegasan bahwa interaksi antara tuan dan hamba dan upah kebahagiaannya ( ay 37-38 ) adalah privilese eksklusif para murid saja. Sementara sikap kita terhadap hal yang dirasakan membebani seperti sabda Yesus di atas cenderung kebalikannya: “Ini bukan untuk kita. Untuk para murid. Merekalah 'kawanan kecil' itu.” Mentalitas ping-pong demikian niscaya berakar dari paradigma yang keliru tentang arti memiliki. Kita beranggapan jerih payah ataupun status eksklusif membuat kita berhak mutlak atas sesuatu. Manusia menjadi lekat pada kepunyaannya, lupa bahwa dari sejak semula itu sebetulnya bukan miliknya. Dan ket

Orang Kaya Yang Bodoh

Image
James Howard Marshall II adalah seorang billionaire Amerika. Perkawinannya dengan Anna Nicole Smith, seorang aktris dan model berusia 24 tahun, cuma berumur 13 bulan ketika ia tutup usia tahun 1995. Seluruh hartanya ia wariskan kepada si bungsu Everett , salah seorang dari 2 putra dari istri sebelumnya. Anna, didukung oleh si sulung yang telah putus hubungan dengan sang ayah karena suatu pertikaian usaha di masa lalu, pun memperkarakan hak warisan Everett . Setelah melewati proses yang rumit dan melelahkan, pengadilan akhirnya memenangkan Everett pada Maret 2010. Everett sendiri telah tutup usia pada tahun 2006 sedangkan Anna setahun sesudahnya. Itulah drama kehidupan. Maka benar apa yang dikatakan oleh sang Pengkhotbah: sia-sia dan malang bagi orang yang telah berlelah-lelah dengan hikmat, ilmu, dan kepandaian, tetapi pada akhirnya toh dia harus mati dan meninggalkan hartanya untuk orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu ( Pkh 2:21 ). Sepanjang-panjang umur manusia, itupun