Betting On Jesus (Pegang Yesus)
Mengendus adanya praktek skema piramida, seorang investor hedge fund melakukan short selling besar-besaran atas saham sebuah perusahaan multi-level marketing global dengan harapan meraup untung jika harganya anjlok. Sementara seorang milyarder seteru, didukung oleh sang CEO, masuk sebagai pemegang saham utama. Kisah nyata dunia korporasi ini diangkat dalam film dokumenter Betting On Zero yang juga meliput perjuangan sekelompok bekas distributor MLM yang bersangkutan.
Apa itu skema piramida? Sebuah model bisnis kontroversial yang mengimingi pesertanya dengan penghasilan yang bertumpu lebih pada usaha merekrut peserta lain (downline) daripada menjual barang atau jasa kepada konsumen. Semakin jaringan berekspansi, semakin kecil lagi peluang bagi peserta berikutnya untuk merekrut downline sehingga berujung pada kerugian. Ironisnya, sebuah studi mengklaim bahwa 99% peserta MLM juga merugi. Barangkali karena mentalitas kolektifnya masih saja mengandalkan peran downline ketimbang konsumen.
Pewartaan pun bisa semacam MLM jika orientasinya adalah bisnis dan jumlah kepala. Orang Tionghoa menyebutnya dengan istilah 'co Yesus'. Sebuah model bisnis yang menawarkan prospek hidup makmur dan keselamatan kekal sambil mengeksploitasi semangat perpuluhan. Bermodalkan khotbah yang menghibur dan musik yang indah, pramuniaga rohani menggalang dan mempengaruhi pilihan target pemirsa. Slogannya menuai jiwa-jiwa, tapi ujungnya memperkaya diri atas nama berkat Tuhan. Bak semangat triumfalisme para conquistador di Abad Penemuan, "Untuk menyinari orang yang meringkuk dalam kegelapan maut dan mendulang harta seperti keinginan semua manusia." Kedalam tangan yang beginikah mau pertaruhkan iman kita? Maaf. Judi roulette saja lebih besar peluangnya. Maka bagaimana kalau kita cukup pegang Yesus saja? Bergabung dalam sebuah skema piramida ilahi dengan Dia sendiri sebagai kepalanya. Mewarta lewat gaya hidup kasih yang tak memegahkan diri. Melayani bukan demi kepuasan atau keuntungan pribadi. Jika sang Founder sendiri saja mau menyangkal diri, rela mati demi membayar ongkos pengampunan atas jasa keselamatan yang ditawarkan-Nya tanpa pamrih, mau kemana lagi cari bandar kayak gini? Tak perlu juga membujuk-bujuk orang lain untuk bergabung layaknya mencari downline. Sebab hidup yang tak konsisten apalagi munafik adalah batu sandungan bagi sesama. Tapi hidup dalam teladan cinta, satu per satu akan datang dengan sendirinya, membentuk piramida pewartaan yang kokoh fondasinya. Semoga kita juga tak gampang lagi digoyahkan oleh yang pro ataupun kontra. Sebab urusan iman sejatinya adalah relasi yang unik dan personal antara Allah dan kita. Jangan biarkan orang lain mengaturnya.
Maka kalau kita mencari Yesus karena cuma ingin kenyang, rasanya kita bakal kecewa. Sebab pewartaan Kabar Gembira seyogyanya bukanlah semata untuk memuaskan manusia, melainkan sebuah sarana dan kesempatan bagi kita, karya ciptaan-Nya, untuk mengagungkan Dia, sang Pencipta. Dalam proses inilah niscaya kita, dengan kehendak bebas yang telah dianugerahkan oleh-Nya, bakal menemukan kasih dan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya yang sempurna. Ambillah resiko untuk percaya kepada-Nya. Toh apa ruginya? Malah kabarnya hidup dalam Yesus adalah sungguh bahagia.
(Jesus therefore, being wearied with his journey, sat thus on the well. And there cometh a woman to draw water. Jesus asketh unto her, what calleth her name. Then saith the woman unto him: "Sky .... my name is Sky.")
Comments
Post a Comment