“Ah gereja anda kan umatnya kaya-kaya. Saya juga banyak menyumbang tetapi kepada gereja yang miskin, yang sudah mau ambruk ...”, demikian kira-kira ucapan yang dikutip dari seorang umat yang berasal dari luar Jakarta menanggapi tawaran untuk berpartisipasi dalam iklan ucapan selamat atas rencana peresmian gereja Regina Caeli menjadi paroki. “Saya sangat yakin, dan sangat bagus kalau ada yang mau sumbang, pasti pahalanya sangat besar. (Tapi) Untuk pribadi dan perusahaan, saya tidak bisa turut serta karena sudah ada proporsional untuk gereja tapi bukan di iklan saja.”, bunyi sms dari seorang teman menanggapi tawaran yang sama. Setidaknya ada dua pesan menarik dari kedua pernyataan di atas untuk direnungkan kita bersama. Pertama, bahwa gereja Regina Caeli senantiasa dipandang sebagai gereja yang mampu, umatnya kaya-kaya, suatu persepsi yang melekat mungkin karena penampakan fisik dan lokasinya yang berada di dalam suatu kompleks perumahan yang tergolong elite. Refleksi kit
“Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” adalah perkataan Yesus yang terkenal dalam perikop tentang membayar pajak kepada kaisar ( Mat 22:15-22 ). Selain menunjukkan kepiawaian-Nya dalam berdebat, pernyataan tersebut juga menimbulkan berbagai tafsir. Yang pro maupun yang kontra terhadap pajak sama-sama mempergunakannya untuk mendukung posisi masing-masing. Ada pula yang berpendapat bahwa Yesus sebenarnya mengajarkan tentang pemisahan antara negara dan agama. Apapun interpretasinya, yang jelas orang-orang Parisi dan Herodian terpaksa gigit jari. Untuk kesekian kalinya mereka berusaha mencobai Yesus dengan pertanyaan yang menjebak. Mereka berharap jika Yesus menjawab “ya”, Ia akan ditinggalkan pengikut-Nya karena dianggap memihak kepada penguasa Romawi. Sebaliknya, jika Yesus menjawab “tidak”, Ia bisa ditangkap dengan alasan penghasutan. Yesus mengetahui isi hati orang-orang Parisi yang dipenu
Yoh 10:11-18 Sekali peristiwa, seorang gembala jemaat sedang naik pesawat dalam perjalanan pulang dari sebuah KKR. Tiba-tiba pesawat mulai bergoncang. Semua penumpang dan kru pesawat diminta segera mengenakan sabuk pengaman. Goncangan terus berlanjut dan bahkan semakin keras, sementara badan pesawat naik turun. Semua, termasuk sang pastur sendiri, mulai panik. Ada yang berdoa, ada pula yang berteriak. Sesaat pandangan sang pastur tertuju pada seorang anak perempuan kecil yang duduk di sebelahnya. Ia terkesan tidak terganggu sama sekali dan tetap saja bermain dengan bonekanya. Penasaran, ia pun coba menenangkan diri dan kemudian bertanya kepadanya mengapa ia sepertinya tidak takut. Sang anak menjawab dengan polos: "Ayahku adalah pilot pesawat ini dan ia sedang membawa aku pulang." Mendengar kisah ini mengingatkan pula kita pada kapten Chesley "Sully" Sullenberger yang berhasil menyelamatkan seluruh 155 penumpang dan kru pesawat US Airways flight 1549 dengan m
Comments
Post a Comment