“Ah gereja anda kan umatnya kaya-kaya. Saya juga banyak menyumbang tetapi kepada gereja yang miskin, yang sudah mau ambruk ...”, demikian kira-kira ucapan yang dikutip dari seorang umat yang berasal dari luar Jakarta menanggapi tawaran untuk berpartisipasi dalam iklan ucapan selamat atas rencana peresmian gereja Regina Caeli menjadi paroki. “Saya sangat yakin, dan sangat bagus kalau ada yang mau sumbang, pasti pahalanya sangat besar. (Tapi) Untuk pribadi dan perusahaan, saya tidak bisa turut serta karena sudah ada proporsional untuk gereja tapi bukan di iklan saja.”, bunyi sms dari seorang teman menanggapi tawaran yang sama. Setidaknya ada dua pesan menarik dari kedua pernyataan di atas untuk direnungkan kita bersama. Pertama, bahwa gereja Regina Caeli senantiasa dipandang sebagai gereja yang mampu, umatnya kaya-kaya, suatu persepsi yang melekat mungkin karena penampakan fisik dan lokasinya yang berada di dalam suatu kompleks perumahan yang tergolong elite. Refleksi kit...
Yoh 12:20-33 Seorang pengusaha muda Muslim, sebut saja Untung namanya, punya sebuah pengalaman langka. Berkat bantuan seorang kenalan di Italia, ia memperoleh undangan misa bersama Bapak Suci di Vatikan. Alih-alih menghadiri misa yang dibatalkan, Bapak Suci malah mengundangnya beraudiensi. Untung pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Saat audiensi, ia bahkan nekad memeluk Bapak Suci, mengabaikan protokol sebatas bersalaman sambil membungkuk dan cium tangan saja. “Kapan lagi?”, ungkapnya. Bisa beraudiensi dengan figur kondang tentunya mendatangkan kepuasan tersendiri. Bacaan Injil hari ini menceritakan bagaimana orang-orang Yunani juga ingin bertemu dengan satu figur fenomenal pada masa itu, Yesus. Kiranya mereka tertarik dengan agama Yahudi dan telah banyak mendengar tentang Yesus dan karya-Nya. Mereka mendatangi Filipus karena ditenggarai ia bisa berbahasa dan mengenal budaya Yunani mengingat asalnya dari Betsaida di Galilea. Terkesan ragu meladeni, barangkali te...
Luk 19:1-10 Sepasang suami-istri di Yeriko bercakap-cakap selepas kedatangan Yesus ke kota mereka pada hari itu. S : Si Zakeus itu betul-betul norak , Ma. I : Apa lagi ulah si pembesar pajak itu? S : Tadi siang warga kota kan pada ngumpul mau melihat Yesus. Rame -nya minta ampun deh . Nah, mungkin karena pendek dan pandangannya terhalang, eh ... dia panjat tuh pohon ara di alun-alun. I : Masak pejabat tingkahnya begitu. Kampungan banget . Percuma dong punya kuasa kalau sampai harus panjat pohon segala. Lagian pohon itu kan tinggi? Panjat pakai apa dia? S : EGP lah. Yang jelas, sudah kaya tapi tetap saja kemaruk. Apa juga mau. Kalau jatuh tadi, baru tahu rasa dia. I : Tuhan itu adil, Pa. Dia boleh lebih kaya dan berkuasa, tapi dalam urusan keselamatan, syukurlah kita itu bisa lebih dekat dengan Yesus. Kan ada tertulis, orang kaya susah masuk Kerajaan Allah. S : Justru itulah yang bikin tak habis pikir, ternyata Yesus malah memilih untuk makan bersama di rumahny...
Comments
Post a Comment