Aman Dalam Tangan-Nya
Sekali peristiwa, seorang gembala jemaat sedang naik pesawat dalam perjalanan pulang dari sebuah KKR. Tiba-tiba pesawat mulai bergoncang. Semua penumpang dan kru pesawat diminta segera mengenakan sabuk pengaman. Goncangan terus berlanjut dan bahkan semakin keras, sementara badan pesawat naik turun. Semua, termasuk sang pastur sendiri, mulai panik. Ada yang berdoa, ada pula yang berteriak. Sesaat pandangan sang pastur tertuju pada seorang anak perempuan kecil yang duduk di sebelahnya. Ia terkesan tidak terganggu sama sekali dan tetap saja bermain dengan bonekanya. Penasaran, ia pun coba menenangkan diri dan kemudian bertanya kepadanya mengapa ia sepertinya tidak takut. Sang anak menjawab dengan polos: "Ayahku adalah pilot pesawat ini dan ia sedang membawa aku pulang."
Mendengar kisah ini mengingatkan pula kita pada kapten Chesley "Sully" Sullenberger yang berhasil menyelamatkan seluruh 155 penumpang dan kru pesawat US Airways flight 1549 dengan melakukan pendaratan darurat di sungai Hudson, New York, setelah kedua mesin pesawat mati akibat dihantam sekelompok burung tak lama setelah lepas landas dari bandara LaGuardia pada 15 Januari 2009. Dikabarkan bahwa sang kapten masih sempat dua kali memeriksa bagian pesawat yang tak terendam guna memastikan tiada penumpang yang tertinggal sebelum ia menjadi orang terakhir yang dievakuasi. Kisah Sully menjadi kontras dibandingankan dengan nahkoda kapal ferry Korea Selatan, Sewol, yang tenggelam pada bulan April 2014 menewaskan lebih dari 300 penumpangnya. Sang nahkoda menyelamatkan diri terlebih dulu sementara para penumpang diminta tetap diam di tempat. Ataukah dengan co-pilot pesawat Germanwings flight 9525 yang ditengarai melakukan aksi bunuh diri dengan menabrakkan pesawat ke pegunungan Alps menewaskan seluruh 144 penumpang dan kru-nya baru-baru ini.
Seorang pilot seperti kapten Sully adalah gambaran dari seorang Gembala yang baik. Alangkah berbahagianya sebab kita punya seorang Pilot yang jauh lebih hebat lagi. Pertama-tama, ikut pesawat-Nya itu GRATIS dan DIJAMIN pasti sampai ke tujuan akhir. Ia tak bakal mogok kerja karena urusan gaji, tunjangan, atau fasilitas. Tak bakal pula Ia pindah kerja karena tergiur dengan profesi lain atau tawaran yang lebih menarik dari airlines lainnya. Hebatnya, Ia mengenal satu persatu penumpang secara pribadi. Dia adalah orang pertama yang siap mati bagi keselamatan seluruh penumpang-Nya dan orang terakhir yang meninggalkan pesawat setelah semua penumpang terevakuasi. Dan Ia akan senantiasa tetap konsisten melakukannya dalam setiap kesempatan yang ada. Tapi ingat, jangan kira karena sang Pilot sangat baik berarti kita bisa menjadi penumpang yang seenaknya. Ia menuntut disiplin agar perjalanan bisa berlangsung lancar dan tak segan untuk menertibkan dengan keras khususnya terhadap penumpang bertingkah yang bisa membahayakan keselamatan para penumpang lainnya.
Yesus adalah pilot atau nahkoda bagi pesawat atau bahtera Gereja kita. Tidakkah kita merasa aman dalam tangan-Nya?
Comments
Post a Comment