“Ah gereja anda kan umatnya kaya-kaya. Saya juga banyak menyumbang tetapi kepada gereja yang miskin, yang sudah mau ambruk ...”, demikian kira-kira ucapan yang dikutip dari seorang umat yang berasal dari luar Jakarta menanggapi tawaran untuk berpartisipasi dalam iklan ucapan selamat atas rencana peresmian gereja Regina Caeli menjadi paroki. “Saya sangat yakin, dan sangat bagus kalau ada yang mau sumbang, pasti pahalanya sangat besar. (Tapi) Untuk pribadi dan perusahaan, saya tidak bisa turut serta karena sudah ada proporsional untuk gereja tapi bukan di iklan saja.”, bunyi sms dari seorang teman menanggapi tawaran yang sama. Setidaknya ada dua pesan menarik dari kedua pernyataan di atas untuk direnungkan kita bersama. Pertama, bahwa gereja Regina Caeli senantiasa dipandang sebagai gereja yang mampu, umatnya kaya-kaya, suatu persepsi yang melekat mungkin karena penampakan fisik dan lokasinya yang berada di dalam suatu kompleks perumahan yang tergolong elite. Refleksi kit
Comments
Post a Comment