Mari dan Lihatlah!



Apakah yang kamu cari?” Pertanyaan Yesus kepada kedua bakal murid perdana-Nya, Andreas dan seorang murid Yohanes Pembaptis lainnya, ini kiranya juga berlaku bagi kita semua. Setiap dari kita punya motif dan alasan tersendiri mengikuti Yesus. Mulai dari ingin hidup nyaman sampai dengan ingin hidup kekal. Dan kalau saja ada menunya, niscaya kita semua ingin yang 'pahe', paket hebat: muda sukses berkarya, tua tidak terlalu menderita, dan mati masuk surga.

Tapi boleh jadi sebetulnya kitapun tidak tahu persis apa tujuan kita mengikuti Kristus, seperti barangkali halnya dengan kedua bakal murid tersebut. Sebab bukannya menjawab to the point, mereka justru balik bertanya: “Rabi, di manakah Engkau tinggal?”. Terlepas dari apa esensi pertanyaan tersebut, jawaban Yesus adalah berupa sebuah undangan: “Mari dan lihatlah!”, sama seperti yang kemudian ditawarkan oleh Filipus kepada Natanael tatkala ia pesimis bahwa bisa ada yang baik datang dari Nazaret. Dan lewat undangan Yesus ini, sebuah proses berantai pemuridan pun dimulailah.

Pertanyaan Yesus niscaya juga adalah pertanyaan-diri manusia universal menyangkut keberadaannya. Untuk apa keberadaanku di dunia ini? Apa tujuan hidupku? Dalam kenyataannya, karena khawatir dan takut, kita cenderung menyikapi perziarahan sementara di dunia ini dengan paradigma kedagingan. Kita menjadi makhluk ekonomi yang egois; berlomba-lomba untuk mengambil ketimbang memberi; dilayani ketimbang melayani. Orientasi kita cuma sebatas kenikmatan jasmani. Buntutnya, kekristenan pun hanya menjadi kedok, alat untuk mencapai tujuan duniawi kita saja.

Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”, demikianlah rasul Paulus mengingatkan. Dengan kata lain, kita diselamatkan bukan untuk berdiam diri dan cuma menunggu Kerajaan Allah datang, melainkan untuk memuliakan Allah dengan tubuh kita. Bukan kebalikannya, memuliakan tubuh kita dengan Allah. Bagaimana kita memuliakan Allah yang tak terlihat? Dengan melayani sesama. Maka dari itu, sebagai anggota dari tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, setiap dari kita mesti menjalankan peran pelayanan masing-masing, sekecil apapun itu, agar seluruh tubuh Gereja bisa berdayaguna sepenuhnya sesuai rencana keselamatan Allah. "Mari dan lihatlah!", demikianlah Yesus mengundang kita kesekian kalinya untuk tinggal dan mengalami hidup sejati bersama-Nya. Dalam sebuah kutipan spiritualnya, Bapa Suci Paus Fransiskus I mengajak kita untuk mengizinkan Yesus yang telah bangkit masuk ke dalam hidup kita, sebab Ia-lah kehidupan. Jika kita masih menjaga jarak dengan-Nya, majulah, Ia akan menerima kita dengan tangan terbuka. Ambil resiko, kita tak bakal kecewa. Jika mengikuti-Nya sepertinya sulit, jangan takut, percayalah kepada-Nya, yakinlah bahwa Ia menyertai kita dan Ia akan memberikan kedamaian yang kita cari dan kekuatan untuk hidup seperti yang dikehendaki-Nya.



Welcome to His World!

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Walaupun ......

Keping Denarius

Aman Dalam Tangan-Nya