Sang Pemenang
Luk 19:1-10
Sepasang suami-istri di Yeriko bercakap-cakap selepas kedatangan Yesus ke kota mereka pada hari itu.
S: Si Zakeus itu betul-betul norak, Ma.
I: Apa lagi ulah si pembesar pajak itu?
S: Tadi siang warga kota kan pada ngumpul mau melihat Yesus. Rame-nya minta ampun deh. Nah, mungkin karena pendek dan pandangannya terhalang, eh... dia panjat tuh pohon ara di alun-alun.
I: Masak pejabat tingkahnya begitu. Kampungan banget. Percuma dong punya kuasa kalau sampai harus panjat pohon segala. Lagian pohon itu kan tinggi? Panjat pakai apa dia?
S: EGP lah. Yang jelas, sudah kaya tapi tetap saja kemaruk. Apa juga mau. Kalau jatuh tadi, baru tahu rasa dia.
I: Tuhan itu adil, Pa. Dia boleh lebih kaya dan berkuasa, tapi dalam urusan keselamatan, syukurlah kita itu bisa lebih dekat dengan Yesus. Kan ada tertulis, orang kaya susah masuk Kerajaan Allah.
S: Justru itulah yang bikin tak habis pikir, ternyata Yesus malah memilih untuk makan bersama di rumahnya. Pake berlagak mau bertobat segala. Munafik deh. Enak saja bilang mau mendermakan setengah dari hartanya. Ambil cepek, kembaliin gocap. Ini kan menyelam sambil minum air namanya. Cuci dosa sekaligus cuci uang.
I: Biarin lah, Pa. Pendosa macam dia pasti dihukum oleh Tuhan deh. Eh Pa, omong-omong, tadi ada surat dari kantor bendahara kota lho.
(Sang suami bergegas membuka sebuah amplop tertutup yang disodorkan selang tak lama kemudian oleh sang istri. Sekejap air mukanya tiba-tiba berubah dari keruh menjadi rusuh. Penasaran, sang istri pun mengintip isi suratnya:)
"Bapak/Ibu yang terhormat, mengingat semakin tingginya beban biaya pemeliharaan fasilitas umum dan sosial, serta untuk menata kembali alun-alun menjadi ruang publik yang lebih luas, maka dengan ini pajak retribusi kota dinaikkan sebesar 4x lipat. Semoga Bapak/Ibu tetap puas dan bangga menjadi warga kota Yeriko. Salam hormat, Zakeus"
Sepasang suami-istri di Yeriko bercakap-cakap selepas kedatangan Yesus ke kota mereka pada hari itu.
S: Si Zakeus itu betul-betul norak, Ma.
I: Apa lagi ulah si pembesar pajak itu?
S: Tadi siang warga kota kan pada ngumpul mau melihat Yesus. Rame-nya minta ampun deh. Nah, mungkin karena pendek dan pandangannya terhalang, eh... dia panjat tuh pohon ara di alun-alun.
I: Masak pejabat tingkahnya begitu. Kampungan banget. Percuma dong punya kuasa kalau sampai harus panjat pohon segala. Lagian pohon itu kan tinggi? Panjat pakai apa dia?
S: EGP lah. Yang jelas, sudah kaya tapi tetap saja kemaruk. Apa juga mau. Kalau jatuh tadi, baru tahu rasa dia.
I: Tuhan itu adil, Pa. Dia boleh lebih kaya dan berkuasa, tapi dalam urusan keselamatan, syukurlah kita itu bisa lebih dekat dengan Yesus. Kan ada tertulis, orang kaya susah masuk Kerajaan Allah.
S: Justru itulah yang bikin tak habis pikir, ternyata Yesus malah memilih untuk makan bersama di rumahnya. Pake berlagak mau bertobat segala. Munafik deh. Enak saja bilang mau mendermakan setengah dari hartanya. Ambil cepek, kembaliin gocap. Ini kan menyelam sambil minum air namanya. Cuci dosa sekaligus cuci uang.
I: Biarin lah, Pa. Pendosa macam dia pasti dihukum oleh Tuhan deh. Eh Pa, omong-omong, tadi ada surat dari kantor bendahara kota lho.
(Sang suami bergegas membuka sebuah amplop tertutup yang disodorkan selang tak lama kemudian oleh sang istri. Sekejap air mukanya tiba-tiba berubah dari keruh menjadi rusuh. Penasaran, sang istri pun mengintip isi suratnya:)
"Bapak/Ibu yang terhormat, mengingat semakin tingginya beban biaya pemeliharaan fasilitas umum dan sosial, serta untuk menata kembali alun-alun menjadi ruang publik yang lebih luas, maka dengan ini pajak retribusi kota dinaikkan sebesar 4x lipat. Semoga Bapak/Ibu tetap puas dan bangga menjadi warga kota Yeriko. Salam hormat, Zakeus"
Comments
Post a Comment