Tritunggal Maha Kudus
Yoh 16:12-15
Tahukah anda bahwa perikop Injil hari ini, khususnya ayat 15, ternyata merupakan salah satu topik yang menjadi sumber perselisihan dan akhirnya perpecahan (Skisma) antara Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Roma? Intinya adalah seputar pertanyaan tentang dari mana asalnya Roh Kudus. Gereja Katolik Roma menganut dogma bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putra (Filioque) sementara Gereja Ortodoks Timur menganut bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa saja, tidak dari Putra. Penyebutan Filioque yang merupakan bahasa Latin dari phrasa “dan (dari) Putra” ini ada dalam Doa Syahadat (Kredo) rumusan yang panjang.
Mengingat Tritunggal adalah doktrin yang sangat kompleks, wajar saja jika muncul berbagai perbedaan pendapat dalam upaya memahami bahkan salah satu aspek saja dari misteri iman yang paling sentral ini. Tanpa bermaksud sok tahu apalagi mereduksir misteri Tritunggal yang Maha Kudus, barangkali akan lebih mudah bagi kita untuk menyikapi perbedaan ini kalau kita kembali dulu ke dasar pernyataan iman bahwa Allah adalah kasih. Bahwa kasih yang sejati pada hakekatnya tak mungkin berdiri sendiri. Ia harus mengalir setidaknya di antara dua pribadi. Jika tidak demikian, ia tak lain hanyalah sebuah konsep, bahkan mungkin boleh dibilang sebuah bayangan atau imajinasi belaka daripada sebuah pengalaman nyata. Gereja Katolik mengimani bahwa Bapa adalah sumber dari segala sesuatu dan Ia ‘melahirkan’ (bukan dalam konteks biologis) Putra-Nya yang tunggal. Interaksi kasih yang kekal dan tanpa batas antara Allah Bapa dan Allah Putra inilah yang kita maklumi sebagai Allah Roh Kudus. Ia ‘berasal’ dari Bapa dan Putra, bukan dengan diciptakan, dijadikan, ataupun dilahirkan melainkan dengan ‘hembusan’. Ia adalah ikatan yang mempersatukan antara Bapa dan Putra dalam Tritunggal Maha Kudus. Dan untuk mencerna ini, kita juga harus melepaskan konsep waktu (kronologis). Sebab tidak ada satu Pribadi dalam Tritunggal yang mendahului Pribadi lain-Nya.
Kita mungkin berpikir apa gunanya membicarakan tentang Tritunggal yang begitu abstrak dan kompleks? Sejujurnya, apapun pengertian kita tentang-Nya, sekalipun manusia harus bertikai untuk itu, tentu sama sekali tak mengubah hakekat-Nya. Ia tetap Allah yang sama, dulu, sekarang, dan yang akan datang. Mungkin kita hanya perlu berpegang pada apa yang Yesus katakan dalam Injil hari ini “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi kamu belum dapat menanggungnya.” (ay.12). Pencarian kita akan Allah niscaya adalah proses sepanjang hayat kita. Dan biarlah misteri tetap menjadi misteri agar dengan demikian kita bisa terus dengan kagum memandang ke arah-Nya, bisa terus mengalami getaran cinta-Nya sampai akhir.
Tahukah anda bahwa perikop Injil hari ini, khususnya ayat 15, ternyata merupakan salah satu topik yang menjadi sumber perselisihan dan akhirnya perpecahan (Skisma) antara Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Roma? Intinya adalah seputar pertanyaan tentang dari mana asalnya Roh Kudus. Gereja Katolik Roma menganut dogma bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putra (Filioque) sementara Gereja Ortodoks Timur menganut bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa saja, tidak dari Putra. Penyebutan Filioque yang merupakan bahasa Latin dari phrasa “dan (dari) Putra” ini ada dalam Doa Syahadat (Kredo) rumusan yang panjang.
Mengingat Tritunggal adalah doktrin yang sangat kompleks, wajar saja jika muncul berbagai perbedaan pendapat dalam upaya memahami bahkan salah satu aspek saja dari misteri iman yang paling sentral ini. Tanpa bermaksud sok tahu apalagi mereduksir misteri Tritunggal yang Maha Kudus, barangkali akan lebih mudah bagi kita untuk menyikapi perbedaan ini kalau kita kembali dulu ke dasar pernyataan iman bahwa Allah adalah kasih. Bahwa kasih yang sejati pada hakekatnya tak mungkin berdiri sendiri. Ia harus mengalir setidaknya di antara dua pribadi. Jika tidak demikian, ia tak lain hanyalah sebuah konsep, bahkan mungkin boleh dibilang sebuah bayangan atau imajinasi belaka daripada sebuah pengalaman nyata. Gereja Katolik mengimani bahwa Bapa adalah sumber dari segala sesuatu dan Ia ‘melahirkan’ (bukan dalam konteks biologis) Putra-Nya yang tunggal. Interaksi kasih yang kekal dan tanpa batas antara Allah Bapa dan Allah Putra inilah yang kita maklumi sebagai Allah Roh Kudus. Ia ‘berasal’ dari Bapa dan Putra, bukan dengan diciptakan, dijadikan, ataupun dilahirkan melainkan dengan ‘hembusan’. Ia adalah ikatan yang mempersatukan antara Bapa dan Putra dalam Tritunggal Maha Kudus. Dan untuk mencerna ini, kita juga harus melepaskan konsep waktu (kronologis). Sebab tidak ada satu Pribadi dalam Tritunggal yang mendahului Pribadi lain-Nya.
Kita mungkin berpikir apa gunanya membicarakan tentang Tritunggal yang begitu abstrak dan kompleks? Sejujurnya, apapun pengertian kita tentang-Nya, sekalipun manusia harus bertikai untuk itu, tentu sama sekali tak mengubah hakekat-Nya. Ia tetap Allah yang sama, dulu, sekarang, dan yang akan datang. Mungkin kita hanya perlu berpegang pada apa yang Yesus katakan dalam Injil hari ini “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi kamu belum dapat menanggungnya.” (ay.12). Pencarian kita akan Allah niscaya adalah proses sepanjang hayat kita. Dan biarlah misteri tetap menjadi misteri agar dengan demikian kita bisa terus dengan kagum memandang ke arah-Nya, bisa terus mengalami getaran cinta-Nya sampai akhir.
Shalom saudara-saudari Kristen. Jika kita berbicara tentang keimanan Kristen, akan lebih baik jika kita menelusuri akar Ibrani dari keimanan kita. Sudah pernahkah saudara/I mendengar lantunan Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan Injil Markus 12 ayat 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani sebagai Yesus Kristus ) berikut ini
ReplyDeleteTeks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד ”
Cara mengucapkannya : ” Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad ”
Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד ” ( barukh Shem kevod malkuto le’olam va’ed ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya. Ini juga termasuk kesaksian.
🕎✡️👁️📜🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️☁️☀️⚡🌧️🌈🌒🌌🔥💧🌊🌬️🏞️🗺️🏡⛵⚓👨👩👧👦❤️🛐🤲🏻🖖🏻🌱🌾🍇🍎🍏🌹🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪🇮🇱⛪