Bacaan Sepekan 10-16 Desember 2012
Senin, 10 Desember 2012 - (Luk 5:17-26)
Iman yang tak lumpuh. Mencari Yesus, apakah buat kesembuhan diri ataupun demi orang lain, memang mutlak all-out. Sambil mau belajar memahami bahwa penyakit terbesar kita bukanlah penyakit fisik tapi yang mematikan roh dan jiwa. Perjuangan si lumpuh dan kawan-kawannya seakan adalah sebuah snapshot dari puncak karya Yesus kelak. Ia seorang diri mengangkat beban kita semua (Yes 43:24b) yang terlumpuhkan oleh dosa, memikul salib menapaki jalan terjal menuju Golgota. Ia membiarkan tubuh-Nya dijadikan bagai "atap yang dibuka", dilubangi dengan paku pada kedua tangan dan kaki-Nya serta ditikam dengan tombak pada lambung-Nya, demi darah perjanjian baru yang ditumpahkan bagi kita semua. Ia juga rela turun ke "tempat penantian” agar kita pun bisa "turun dari atap ke dalam rumah" untuk berhadapan muka langsung dengan Allah, menerima rahmat pengampunan dan penyembuhan-Nya.
Selasa, 11 Desember 2012 - (Mat 18:12-14)
Selasa, 11 Desember 2012 - (Mat 18:12-14)
Gembala yang baik.
Dalam urusan duniawi kita mengenal mayoritas dan minoritas. Tapi dalam hal keselamatan, 1 maupun 99 itu sama berharganya. Sebab kita adalah satu tubuh dengan berbagai anggota di mana Kristus sebagai kepalanya. Gembala yang baik mengenal setiap domba-Nya secara pribadi. Tak satupun yang akan Ia tinggalkan apalagi korbankan. Ia bahkan rela ‘turun’ mengambil rupa sama seperti mereka. Adakah cinta yang lebih besar dari Gembala yang menjadikan diri-Nya umpan bagi sang Serigala demi keselamatan seluruh domba-Nya?
Rabu, 12 Desember 2012 - (Mat 11:28-30)
Rabu, 12 Desember 2012 - (Mat 11:28-30)
Enak dan ringan.
Kuk adalah simbol pengekangan dan perbudakan. Umumnya dikenakan pada hewan pekerja agar ia bisa bergerak sesuai perintah dan irama yang dikehendaki oleh pengendalinya. Tapi yang ditawarkan oleh Kristus bukanlah kuk biasa. Bukan dalam konteks tuan dan hamba, melainkan antara yang tersesat dan Juru Selamat. Akan lebih mudah memahami kuk Kristus jika kita menyadari bahwa kita itu tak lagi dalam keadaan semula ketika semua itu baik adanya, tapi berada di sisi ujung satunya. Bak gerombolan domba yang kehilangan arah menuruni jurang dosa yang begitu terjal dan tak sanggup lagi untuk naik ke atas dengan usaha sendiri, kita mutlak butuh bantuan Sang Gembala. Kuk yang dipasang-Nya tidak berat karena Dia sendirilah yang terus menopang dari bawah, menanggung seluruh beban berat tubuh dosa kita, agar semuanya dengan tenang dan aman bisa kembali ke tempat semula. Kuk dunia memperbudak dan membinasakan, tapi kuk Kristus memerdekakan dan menyelamatkan.
Kamis, 13 Desember 2012 - (Mat 11:11-15)
Kamis, 13 Desember 2012 - (Mat 11:11-15)
Bukan tandingan. Jika yang terkecil dalam Kerajaan Sorga saja masih lebih besar daripada karakter Yohanes Pembaptis yang disebut Yesus terbesar di antara yang pernah dilahirkan oleh kaum wanita, maka bukankah memang tidak ada lagi yang sama sekali pantas kita banggakan di hadapan Allah. Tidak kekuasaan, harta, maupun perbuatan. Maka lebih baik jika kita ikut ambil bagian secara aktif saja untuk semakin 'membesarkan' dominasi Kerajaan Allah dengan memberdayakan segenap talenta kita. Meniru spiritualitas Yohanes Pembaptis: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yoh 3:30). Kemuliaan-Nya hanya bisa semakin nyata.
Jumat, 14 Desember 2012 - (Mat 11:16-19)
Iman kafetaria.
Yesus suka anak kecil. “Orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah”, kata-Nya. Tapi menjadi seperti anak kecil bukan berarti boleh bertingkah kekanak-kanakan. Yesus mengecam yang terakhir ini, yang tidak dewasa secara rohani. Itulah gambaran kaum Yahudi yang penuh dengan sikap sinisme dan hipokrisi, yang hanya menjalani firman Allah sesuai kebutuhan dan selera pribadi. Bapak Suci pernah menyampaikan pesan berikut dalam sebuah homili: "Menjadi seorang dewasa berarti memiliki iman yang tidak mengikuti gelombang trend atau gaya hidup masa kini. Iman yang mengakar dalam persahabatan dengan Kristus adalah dewasa dan matang."
Sabtu, 15 Desember 2012 - (Mat 17:10-13)
Menunggu Elia.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Yahudi percaya bahwa kedatangan Mesias akan didahului oleh Elia. Menurut injil Matius, Yesus menyatakan Elia sudah datang dalam wujud Yohanes Pembaptis. Menurut injil Yohanes, Yohanes Pembaptis sendiri menyangkal bahwa ia adalah Elia. Jadi mana yang betul? Secara identitas lahiriah tentu saja Yohanes Pembaptis bukanlah Elia. Tapi bagi Kristus, karakter rohaniah dan peran kenabian Elia itu sudah terpenuhi dalam pribadi Yohanes Pembaptis. Bagi-Nya itu sudah cukup. Ia tidak berhutang pembuktian apapun juga. Mau percaya atau tidak itu urusan mereka.
Minggu, 16 Desember 2012 - (Luk 3:10-18)
“Apakah yang harus kami perbuat?” Kita semua niscaya punya pertanyaan yang sama. Cobalah periksa saja dulu hidup kita. Jika apa yang selama ini kita miliki atau perbuat tidak mendatangkan kedamaian dan suka cita yang semakin mendekatkan pada Kristus, itu pertanda kita belum dalam relasi yang benar dengan-Nya. Kaburkan keinginan dengan kebutuhan, ditanggung hidup itu hanya akan penuh dengan kekhawatiran. Maka seperti yang Rasul Paulus ajarkan: “Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Comments
Post a Comment