Bacaan Sepekan 13-19 Agustus 2012


Senin, 13 Agustus 2012 - (Mat 17:22-27)
Yang tidak punya income saja bayar pajak. Memakai analogi  yang ditenggarai adalah kekaisaran Romawi ("raja-raja dunia') yang pada masa itu memungut pajak bukan dari warga Roma ("rakyatnya") tetapi dari penduduk daerah yang ditaklukkan ("orang asing"), Yesus seakan ingin menegaskan bahwa dalam konteks otoritas bait Allah Ia adalah Anak Allah, bukan orang asing. Tapi jika Ia tidak membayar pajak bait Allah, bisa jadi ini akan ditiru oleh para pengikutnya maupun kaum Yahudi lainnya. Selain dapat menggangu pemeliharaan bait Allah untuk kepentingan umum, Yesus juga bisa dianggap menentang suatu tradisi religius dan tidak konsisten dengan ajaran-Nya sendiri perihal hukum Taurat.

Selasa, 14 Agustus 2012 - (Mat 18:1-5, 10, 12-14)
Kejarlah Daku kau Kutangkap. Hal keselamatan dan Kerajaan Allah itu tidak bisa diimani dengan logika. Konsepnya justru paradoksal: yang pertama menjadi terakhir, yang rendah ditinggikan, yang terkecil menjadi terbesar, dsb. Mengandalkan paradigma manusia dewasa yang umumnya telah terkorupsi oleh hawa nafsu duniawi itu bak mencari Kerajaan Allah dengan peta yang salah. Seberapa besarpun perbuatan kita, sekalipun mengatasnamakan Tuhan, tanpa pertobatan yang ditandai dengan kerendahan hati ("anak kecil"), tak akan membukakan kita pintu Kerajaan Sorga. Kabar gembiranya, Kristus terus aktif mencari yang tersesat. Sebab setiap orang, baik atau jahat, adalah milik-Nya yang berharga. Persoalannya, maukah kita ditemukan oleh-Nya?

Rabu, 15 Agustus 2012 - (Mat 18:15-20)
Menegur dengan cinta. Menegur orang lain itu identik dengan resiko konflik, maka tidak heran hanya sedikit saja orang yang mau melakukannya. Ngapain cari musuh atau perkara. Tapi membiarkan atau mendiamkan kesalahan orang lain rupanya keliru juga, terlebih apabila kita adalah satu tubuh dengan berbagai anggota. Kita seyogyanya menegur bukan hanya ketika kita pribadi yang dirugikan melainkan karena kebenaran semata, bukan karena benci pada orangnya tapi karena perbuatannya, bukan pula supaya ia menderita tetapi justru demi keselamatannya. Lebih dari itu, jangan sampai kita malah menikmatinya.

Kamis, 16 Agustus 2012 - (Mat 18:21-19:1)
Tak mengampuni, tak diampuni. Rumusannya sederhana dan jelas. Persoalannya, mengampuni itu pada hakekatnya tidaklah gampang, terlebih kalau kerugian yang diderita sangat besar. Boro-boro bisa 7x70x. Mengampuni itu bagai membebani diri. Ongkos yang semestinya dibayar oleh yang bersalah, sekarang harus ditanggung sendiri. Tapi walaupun sangat sulit, mengampuni itu bukanlah mustahil. Ia bisa dilatih mulai dari hal yang kecil-kecil. Dan apabila sudah di luar batas kemampuan kita, bersandarlah senantiasa pada rahmat Allah.

Jumat, 17 Agustus 2012 - (Mat 22:15-21)
Milik siapa? Yesus mengetahui isi hati orang-orang Parisi yang jahat. Mereka sesungguhnya tidak tulus melayani Tuhan dalam menjalankan hukum Taurat sama halnya mereka terpaksa melayani kaisar dalam membayar pajak. Mereka pada dasarnya hanya ingin melayani diri sendiri. Dengan menunjuk gambar dan tulisan (“Kaisar Agustus Tiberius, Putra dari Agustus yang Agung”) pada keping denarius, Yesus menegur dan mengingatkan bahwa dalam diri manusia tercetak gambar dan rupa Allah. Jika yang berasal dari kaisar saja selayaknya dikembalikan kepadanya, apalagi yang berasal dari Allah.

Sabtu, 18 Agustus 2012 - (Mat 19:13-15)
Empunya Kerajaan Sorga. Anak ingusan itu tahu dan bisa apa? Begitulah gambaran tentang anak-anak dari sudut pandang orang dewasa pada umumnya. Tapi dalam hal Kerajaan Allah, keselamatan itu rupanya bukan fungsi dari pengetahuan ataupun senioritas. Bukan urusan otak ataupun otot, melainkan hati. Menjadi kecil di mata Tuhan berarti mau menjalani kehidupan dalam kerendahan hati. Kecil, tapi tidak kerdil seperti halnya dengan mereka yang sombong. Ingat, kesombonganlah yang membuat sang iblis, semula malaikat Allah, terusir dari Kerajaan Sorga untuk selamanya.

Minggu, 19 Agustus 2012 - (Yoh 6:51-58)
Terlalu realistis. Jangan pikir Yesus hanya berkias ketika mengatakan soal makan tubuh dan minum darah-Nya. Allah berkarya lewat materi. Itulah sebabnya mengapa sakramen merupakan tanda yang nyata dari rahmat kehidupan Ilahi. Lewat ekaristi, roti dan anggur sungguh menjelma menjadi tubuh dan darah Kristus. Seperti orang-orang Yahudi, kita juga mungkin menilai Yesus (dan kekristenan) itu tidak realistis, kalau tidak mau dibilang lunatik. Minta roti koq yang ditawarkan daging manusia? Hidup kekal itu memang terlalu realistis bagi dunia. Begitu realistisnya sehingga segala sesuatu dalam Kerajaan Allah terasa menyakitkan dan menyiksa. Tidak heran jika manusia cenderung memilih untuk tetap hidup di luar-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Walaupun ......

Keping Denarius

Aman Dalam Tangan-Nya