Gembala dan Domba
Yohanes 10:11-18
Andaikan hewan itu bernalar dan bisa berbicara, dan andaikan pula saya menjadi salah satu dari ke-99 domba yang di'tinggal'kan Yesus karena Ia mencari satu rekanku yang hilang, mungkin saya akan mengeluh begini kepada-Nya: "Yesus, tega-Nya Engkau meninggalkan kami. Apa jadinya jika saat itu serigala datang menyerang? Bukankah yang menjadi korban bisa jadi lebih banyak? Kenapa mengambil resiko buat semua hanya demi yang satu saja?" Begitulah kira-kira manusia dengan paradigma dunia. Menyarukan egoisme atas nama kepentingan bersama. Segala sesuatu dihitung berdasarkan rugi-laba. Lupa bahwa dalam urusan keselamatan, yang menentukan bukanlah faktor angka. Satu maupun 99 itu sama berharganya. Karena tanpa yang satu, yang lain pada dasarnya tak akan pernah sempurna.
Dunia tak mengenal sang Gembala yang baik karena manipulasi dan dominasi memang bukanlah hakekat-Nya. Ia tidak mencari keuntungan dari domba-domba-Nya. Ia meninggalkan mereka bukan karena lari setelah melihat serigala datang, tapi sebaliknya ingin mencari yang tersesat sebelum serigala terlanjur memangsa. Karena semua yang telah diberikan kepada-Nya tidak boleh ada yang hilang. Ia mengenal domba-domba-Nya satu per satu dan turut merasakan kelemahan-kelemahan mereka. Ia bahkan rela turun menjelma, mengambil rupa sama seperti mereka. Menjadikan diri-Nya umpan, silih demi menyelamatkan mereka dari sang Serigala.
Andaikan hewan itu bernalar dan bisa berbicara, dan andaikan pula saya menjadi salah satu dari ke-99 domba yang di'tinggal'kan Yesus karena Ia mencari satu rekanku yang hilang, mungkin saya akan mengeluh begini kepada-Nya: "Yesus, tega-Nya Engkau meninggalkan kami. Apa jadinya jika saat itu serigala datang menyerang? Bukankah yang menjadi korban bisa jadi lebih banyak? Kenapa mengambil resiko buat semua hanya demi yang satu saja?" Begitulah kira-kira manusia dengan paradigma dunia. Menyarukan egoisme atas nama kepentingan bersama. Segala sesuatu dihitung berdasarkan rugi-laba. Lupa bahwa dalam urusan keselamatan, yang menentukan bukanlah faktor angka. Satu maupun 99 itu sama berharganya. Karena tanpa yang satu, yang lain pada dasarnya tak akan pernah sempurna.
Dunia tak mengenal sang Gembala yang baik karena manipulasi dan dominasi memang bukanlah hakekat-Nya. Ia tidak mencari keuntungan dari domba-domba-Nya. Ia meninggalkan mereka bukan karena lari setelah melihat serigala datang, tapi sebaliknya ingin mencari yang tersesat sebelum serigala terlanjur memangsa. Karena semua yang telah diberikan kepada-Nya tidak boleh ada yang hilang. Ia mengenal domba-domba-Nya satu per satu dan turut merasakan kelemahan-kelemahan mereka. Ia bahkan rela turun menjelma, mengambil rupa sama seperti mereka. Menjadikan diri-Nya umpan, silih demi menyelamatkan mereka dari sang Serigala.
Adapun domba-domba yang mengenal-Nya pun tidak takut. Bagi mereka, kepergian-Nya sama sekali tidak meniadakan kuasa perlindungan-Nya. Mereka tak pernah ragu dan sebaliknya tetap menanti dengan setia. Bahkan jika perlu mereka siap pula meniru teladan-Nya, rela ikut menderita dan mati, biarpun demi hanya untuk keselamatan satu sesama. Mereka menyadari diri sebagai satu tubuh dengan berbagai anggota, dengan sang Gembala sebagai kepalanya. Karena jika satu anggota menderita, semua anggota pun turut menderita.
Dan bukankah kita sebetulnya juga sudah tahu happy ending-nya? Yang ke-99 nya tetap selamat, sementara yang hilang pun ditemukan kembali, aman dalam pelukan-Nya. Maka dalam urusan keselamatan, jangan pakai logika ataupun kacamata dunia. Karena ujung-ujungnya kita hanya akan kecewa. Lagipula, sejak kapan seekor domba bisa mempersoalkan otoritas Gembala? Kalau ini bukan karena cuma berandai-andai saja.
Comments
Post a Comment