Emaus - Yerusalem ... Dan Ke Seluruh Dunia


Lukas 24:35-48
 
Setelah berinteraksi dengan Yesus dalam perjalanan menuju Emaus, kedua murid langsung bergegas kembali ke Yerusalem. Tak ada yang lebih mendesak daripada berbagi kesaksian dengan para murid lainnya tentang perjumpaan dengan Tuhan. Ternyata mereka tak sendirian, Petrus juga mengalaminya. Pengharapan boleh jadi mulai bersemi lagi, walau niscaya tetap ada kebingungan dalam pikiran mereka. Mereka sepertinya masih antara percaya dan tidak percaya. Tapi dalam urusan kebangkitan Tuhan, tak ada ruang buat spekulasi. Maka penampakan sekaligus kepada ke-11 murid seakan menjadi momen yang definitif.

Salam "damai sejahtera" dari Yesus memang pas buat menyiram kegalauan mereka saat itu, tapi tak pelak mereka tetap kaget dan takut juga. Siapakah atau apakah Dia? Manusia atau hantukah? Ada sesuatu yang luar biasa tentang-Nya. Yang kodrati dan adikodrati seakan menyatu dalam suatu harmoni pribadi. Kita melihat hal yang sama dalam peristiwa penampakan Yesus di pantai danau Tiberias. Dikatakan "Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan." (Yoh 21:12). Di satu sisi, indera lahiriah mereka hanya bisa melihat realita yang dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Di sisi lain, indera batiniah mereka ternyata cukup peka untuk mengenali Yesus. Wujud-Nya sama seperti semula, tetapi hakekat-Nya sudah berubah. Ia adalah manusia baru. Kematian tidak lagi berkuasa atas tubuh-Nya yang mulia. Ia pun tak sungkan untuk membuktikan bahwa Ia benar hidup. Dari hal yang terkesan sepele, minta makanan dan menyantap ikan goreng, sampai mengizinkan (Thomas, lih. Yoh 20:24-29) untuk menyentuh bilur-bilur luka-Nya yang masih baru, walau apabila dalam logika manusia itu berarti sama dengan harus menyakiti-Nya sekali lagi.

Seperti para murid yang kelak menjadi saksi yang mengagumkan, membawa kabar gembira pertobatan dan pengampunan dosa ke seluruh penjuru bumi, maka marilah kita jadikan pula perjumpaan terus menerus kita yang mesra dengan Kristus lewat Ekarisiti sebagai sumber kekuatan sejati. Mata jasmani kita boleh hanya melihat hosti, tapi mata rohani kita niscaya akan dibukakan agar mampu mengenali-Nya yang hadir secara pribadi. Lewat pendalaman dan penghayatan Ekaristi yang maha agung, semoga sesuai dengan tema tahun Ekaristi ini, kita pun senantiasa dipersatukan dalam Kristus dan dengan sesama, diteguhkan dalam iman, untuk diutus pula mewartakan kabar gembira kepada dunia.

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Walaupun ......

Keping Denarius

Aman Dalam Tangan-Nya