Posts

Showing posts from April, 2012

Gembala dan Domba

Image
Yohanes 10:11-18   Andaikan hewan itu bernalar dan bisa berbicara, dan andaikan pula saya menjadi salah satu dari ke-99 domba yang di'tinggal'kan Yesus karena Ia mencari satu rekanku yang hilang, mungkin saya akan mengeluh begini kepada-Nya: "Yesus, tega-Nya Engkau meninggalkan kami. Apa jadinya jika saat itu serigala datang menyerang? Bukankah yang menjadi korban bisa jadi lebih banyak? Kenapa mengambil resiko buat semua hanya demi yang satu saja?" Begitulah kira-kira manusia dengan paradigma dunia. Menyarukan egoisme atas nama kepentingan bersama. Segala sesuatu dihitung berdasarkan rugi-laba. Lupa bahwa dalam urusan keselamatan, yang menentukan bukanlah faktor angka. Satu maupun 99 itu sama berharganya. Karena tanpa yang satu, yang lain pada dasarnya tak akan pernah sempurna.  Dunia tak mengenal sang Gembala yang baik karena manipulasi dan dominasi memang bukanlah hakekat-Nya. Ia tidak mencari keuntungan dari domba-domba-Nya. Ia meninggalkan mereka bukan kare

Emaus - Yerusalem ... Dan Ke Seluruh Dunia

Image
Lukas 24:35-48   Setelah berinteraksi dengan Yesus dalam perjalanan menuju Emaus, kedua murid langsung bergegas kembali ke Yerusalem. Tak ada yang lebih mendesak daripada berbagi kesaksian dengan para murid lainnya tentang perjumpaan dengan Tuhan. Ternyata mereka tak sendirian, Petrus juga mengalaminya. Pengharapan boleh jadi mulai bersemi lagi, walau niscaya tetap ada kebingungan dalam pikiran mereka. Mereka sepertinya masih antara percaya dan tidak percaya. Tapi dalam urusan kebangkitan Tuhan, tak ada ruang buat spekulasi. Maka penampakan sekaligus kepada ke-11 murid seakan menjadi momen yang definitif. Salam "damai sejahtera" dari Yesus memang pas buat menyiram kegalauan mereka saat itu, tapi tak pelak mereka tetap kaget dan takut juga. Siapakah atau apakah Dia? Manusia atau hantukah? Ada sesuatu yang luar biasa tentang-Nya. Yang kodrati dan adikodrati seakan menyatu dalam suatu harmoni pribadi. Kita melihat hal yang sama dalam peristiwa penampakan Yesus di pantai da

Iman

Image
Yohanes 20:19-31 Ketika suatu krisis besar datang melanda, biasanya itu berarti saat ujian iman pun tiba. Sebut saja misalnya krisis yang mengancam hidup seorang yang kita kasihi. Apakah kita bisa tetap setia dan percaya sekalipun jika hasilnya di luar rencana atau kemauan kita, hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas, pasti akan lebih sulit untuk menyikapinya jika datangnya secara mendadak daripada misalnya dalam hal lansia yang sedang dalam masa penantian akibat sakit tua. Kita mungkin justru mendoakan yang terakhir ini untuk lebih cepat 'berangkat' daripada terus menderita.  Perumpamaan tentang seorang penabur menunjukkan betapa iman itu memang sesungguhnya rapuh, mudah tergerus oleh ketidakmengertian, pencobaan, dan kekhawatiran. Jika dibiarkan begitu saja, ia tak ayal pasti akan binasa. Sama halnya dengan mahluk hidup (burung gagak dan rumput di ladang tak terkecuali), iman juga mesti dipelihara. Doa, pembacaan kitab suci, dan hidup menggereja adalah sarananya,

Yerusalem - Emaus

Image
Lukas 24:13-35 "Jika betul Yesus bangkit dari mati dan hidup kembali, mengapa kita tidak pernah melihat-Nya?" Pertanyaaan yang 'tak beriman' ini, niscaya terus muncul di sepanjang masa termasuk dalam hati orang-orang yang mengaku percaya. Dalam kaitan ini, kisah perjalanan 2 orang murid dari Yerusalem ke Emaus pp ( Luk 24: 13-35 ) hadir sebagai representasi dari sebuah proses perjalanan iman, tepatnya proses konversi iman. Mereka pergi dengan tidak percaya, pulang menjadi saksi. Bagi Kleopas, salah satu murid yang disebut namanya, tragedi yang menimpa Yesus adalah berita populer yang terlalu heboh untuk tak diketahui, tanpa menyadari bahwa pengetahuan mereka sendiri yang populer tentang-Nya saat itupun sebetulnya keliru. Ia lebih dianggap sebagai seorang nabi, paling banter, Mesias dalam arti politis. Hilangnya jasad Yesus, ketimbang menjadi tanda, justru seakan hanya menambah skeptisme mereka sejak semula atas janji kebangkitan-Nya. Jangan-jangan ini cuma

Mana Keledainya?

Image
Markus 11:1-10 Pernahkah terlintas di pikiran mengapa setiap misa perayaan Minggu Palma di mana-mana yang terlihat hanyalah daun palma tapi tak ada keledainya? Bicara soal hewan yang satu ini, kita segera akrab dengan paradoks. Meski sudah ribuan tahun setia melayani manusia, khususnya sebagai pembawa beban dan alat transport terutama di negara berkembang, ia tetap saja dianggap bodoh dan keras kepala. Mungkin karena itulah dalam bahasa Inggris kata ' ass ' sering dipakai dalam konotasi yang negatif. G.K. Chesterton menulis sebuah sajak paradoksal berjudul The Donkey . Sementara Jean Buridan, seorang filsuf Perancis, membangun teori paradoks Buridan's ass , di mana seekor keledai yang berada di antara makanan dan air akhirnya mati kelaparan dan kehausan karena tak bisa pernah memutuskan mana yang harus dipilihnya dulu. Dalam agama Yahudi, keledai tergolong hewan yang paling nazis karena tidak memenuhi kedua syarat kosher : berkuku genap dan pemamah biak. Menarikny