Tak Seperti Yang Diduga


Bunyi mesin semakin lama seolah semakin keras dan konstan mendengung di dalam kepalaku. Walau sudah mencoba sekuat mungkin memusatkan konsentrasi pada buku yang sedang kubaca, dan sempat pula mendaraskan Bapa Kami, Salam Maria, dan Kemuliaan bak membaca mantra penenang, aku tetap was-was kalau-kalau panic attack ku tiba-tiba kambuh di dalam pesawat yang luar biasa lamanya tak kunjung take-off malam itu. Membayangkan diri bertindak overacting akibat panik hanya membuat prospek semakin suram.

Duduk di sebelah kananku, seorang wanita Asia berparas ABG asik tidur sambil termangu-mangu. Sementara pasangannya yang duduk di sisi jendela, seorang pria ABG berwajah blaster, meskipun juga terkesan gerah, sesekali melempar senyum. Saat memalingkan pandangan ke kiri, seorang pria paruh-baya yang duduk di bangku seberang pas menatap ke arahku. Bagaikan sebuah duet, kami serentak mengekspresikan raut kekesalan sambil mengeluh: "Lama sekali!", seakan saja ucapan yang sia-sia demikian bisa merubah keadaaan. Kemudian dengan sok tahu, walau tak ditanya, aku kontan menimpali: "Banyak pesawat yang antri di depan kita.". Sang bapak sepertinya sedikit terhibur dengan sebuah spekulasi, sementara aku membebani diri sendiri dengan sebuah justifikasi.

Pesawat tetap tak bergeming selama beberapa saat. Di tengah pusaran susana batin yang mengalut, tiba-tiba terdengar seperti ada suara yang berkata: "Mengapa tidak minta tolong sama Tuhan?". OK. Mari berhenti sejenak di sini. Rasanya kita semua sepakat bahwa meminta pertolongan kepada Tuhan itu bukanlah sesuatu hal yang sulit. Namun ada kalanya kita juga mungkin bertanya, jika Sang Pencipta itu maha baik dan maha kuasa (baca: tiada sesuatu apapun yang luput dari pengetahuan dan jangkauan-Nya), mengapa Ia tidak langsung saja campur tangan membereskan masalah kita tanpa perlu diminta? Pertanyaan ini pada hakekatnya merefleksikan setidaknya ada tiga hal dari mentalitas kita. Pertama, mentalitas 'terima beres'. Pemikiran ini bertumpu pada konsep Sang Pencipta laiknya adalah orangtua yang melahirkan anak tanpa sang anak minta. Oleh karena itu Tuhan seyogyanyalah bertanggungjawab penuh agar hidup ciptaan-Nya dapat berlangsung dengan baik. Sebab buat apa diciptakan jika hidup mesti mengalami kesusahan dan penderitaan. Seakan-akan kita yakin bahwa tidak terciptakan itu atau berada dalam kondisi ketiadaaan atau kehampaan (nothingness) itu pasti lebih baik adanya. Menuntut Tuhan -yang karena cinta-Nya mau menciptakan manusia dan melengkapinya dengan kehendak bebas untuk mampu mengalami kasih dan mengasihi kembali lewat kemerdekaannya- untuk selalu campur tangan dalam setiap permasalahan hidup ciptaan-Nya yang timbul berkat menjalankan kehendak bebasnya sama halnya, yang seperti C.S. Lewis katakan dalam bukunya The Problem of Pain, dengan sebuah permainan catur 'suka-suka' di mana setiap langkah boleh dibatalkan atau setiap bidak boleh ditempatkan seenaknya sesuai selera. Itu bukanlah main catur, sama halnya itu bukanlah hidup namanya. Kedua, mentalitas 'sungkan mengganggu'. Dalam kenyataannya memang kita minta terlalu banyak dari Tuhan. Coba perhatikan saja dengan seksama doa kita, isinya niscaya kebanyakan adalah minta ini dan itu daripada ucapan syukur. Tak pernah ada habis-habis-Nya. Seorang hamba Tuhan pernah bercerita bagaimana seorang anggota jemaatnya begitu konsisten melakukan segala sesuatu dalam nama Tuhan sehingga ketika toiletnya mampet pun ia minta pertolongan kepada-Nya. Namun di lain pihak, bukankah hanya dengan meminta membukakan kesempatan untuk mendapatkan? Bukankah pula Yesus sendiri mengajarkan "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." Benar. Namun permintaan yang sejati mestinya lebih merefleksikan kerendahan hati dan ketidakberdayaan kita. Menyadari bahwa kita adalah pemberontak yang telah menempuh jalan yang keliru dan untuk keluar dari jalan yang keliru tersebut kita mesti mengaku salah, meletakkan senjata, dan menyerahkan diri lewat sebuah perjuangan baru sepanjang hayat, menapaki suka duka kehidupan sejati. Untuk ini, kita mutlak butuh pertolongan Tuhan. Dan yang terakhir, mentalitas 'takut dan tidak percaya'. Kita khawatir bahwa kita bakal kecewa apabila permintaan kita ternyata tidak dikabulkan. Lebih baik tidak minta daripada mencobai Tuhan. Tepatnya, kita itu sesungguhnya meragukan kemahakuasaan Tuhan.

Kembali ke cerita. Demikian pulalah yang berlaku padaku. Walau sebetulnya sungkan untuk 'mencobai' Tuhan dengan urusan sepele macam pesawat take-off, apalagi skeptis bakal efektif, aku toh tetap berdoa juga. Kali ini sungguh berdoa. Dan yang kemudian segera terjadi hanya bisa mencengangkan pikiran yang lebih sering tersandera oleh logika. Pesawat ternyata benar mulai bergerak dan terdengar suara pilot lewat pengeras suara: "Take-off position!". Dan tak lama kemudian pesawat pun lepas landaslah. Kebetulan sajakah? Niscaya tidak. Sebab aku yakin suara itu sesungguhnya adalah rahmat yang sedang bekerja. Rahmat yang mendorong kita untuk senantiasa menaruh iman hanya kepada Tuhan dalam situasi apapun, tanpa harus kecewa apabila doa kita sepertinya tak dikabulkan. Karena sebetulnya Ia senantiasa mau memberikan sesuatu yang jauh lebih baik daripada yang sekedar kita minta ... diri-Nya.

Perjalanan malam itu pun selanjutnya terasa lebih rileks dan menyenangkan. Pikiran-pikiran negatif yang biasanya muncul saat berada dalam pesawat seakan sirna. Belakangan aku juga baru tahu bahwa pasangan "ABG" itu sebetulnya adalah ibu dan anak asal Australia yang mau bertamasya ke Singapura. Terjawab pulalah rasa penasaranku sejak semula. Mukjizat rahmat yang nyata, salam perpisahan dengan senyum yang bersahaja, obrolan dengan sopir taxi yang ramah, plus oleh-oleh pangsit goreng bakmi GM yang kubawa dari Jakarta, semuanya melengkapi sukacitaku saat berkumpul lagi bersama keluarga di rumah. Sungguh suatu hari biasa lain yang tidak biasa.


"Something so worthless
Serve a purpose
It makes me a happy man
Can't you understand
Say you believe
Just how easy
It is to please me
Because when you learn
You'll know what makes the world turn"

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Walaupun ......

Keping Denarius

Aman Dalam Tangan-Nya