Roh Kudus
"Damai sejahtera bagi kamu.", demikianlah salam Yesus saat Ia menampakkan diri kepada para murid paska kebangkitan-Nya menurut bacaan Injil hari ini (Yoh 20:19-23). Terkesan ada yang luar biasa dari salam ini hingga Yesus perlu mengulanginya lagi (ay 21). Sebab damai yang ingin dihantarkan niscaya bukanlah 'suasana tanpa konflik atau aman-aman saja' melainkan 'suatu kehidupan dalam kepenuhan yang utuh, suatu harmoni'. Harmoni yang mengingatkan kita saat manusia pertama dihembusi oleh Sang Pencipta dengan roh kehidupan. Ketika segala sesuatu itu baik adanya.
Hembusan itu kini terulang (ay 22). Seakan menandakan bahwa suatu era kehidupan baru telah dimulai kembali. Yang kemudian diteguhkan lewat pencurahan Roh Kudus dalam wujud lidah api ke atas para murid pada hari Pentakosta. Api baptisan yang melumat habis 'manusia lama' mereka, lahir menjadi 'manusia baru'. Mereka tidak lagi diperbudak dalam ketakutan, tetapi hidup dalam kelimpahan roh. Dan tiba saatnya bagi mereka untuk membawa Kabar Gembira keluar Israel. Menjadi kawanan kecil anak domba yang diutus ke tengah serigala-serigala, pergi mewartakan keselamatan ke seluruh dunia. "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu ... Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Hembusan itu kini terulang (ay 22). Seakan menandakan bahwa suatu era kehidupan baru telah dimulai kembali. Yang kemudian diteguhkan lewat pencurahan Roh Kudus dalam wujud lidah api ke atas para murid pada hari Pentakosta. Api baptisan yang melumat habis 'manusia lama' mereka, lahir menjadi 'manusia baru'. Mereka tidak lagi diperbudak dalam ketakutan, tetapi hidup dalam kelimpahan roh. Dan tiba saatnya bagi mereka untuk membawa Kabar Gembira keluar Israel. Menjadi kawanan kecil anak domba yang diutus ke tengah serigala-serigala, pergi mewartakan keselamatan ke seluruh dunia. "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu ... Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Penyertaan Yesus jelas bukan berarti lahiriah. Ia sendiri berkata: "Adalah lebih berguna bagi kamu ... Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu ..." (Yoh 16:7). Seandainya Yesus tidak pergi, para murid mungkin cenderung ingin terus lengket pada-Nya. Keselamatan pun boleh jadi cuma sekedar kabar dan karya lokal saja, terbatas oleh ruang dan waktu, sementara kehadiran-Nya sendiri belum tentu menjamin iman. Seeing is not believing. Simak kisah Lazarus (Yoh 11). Sebagian orang Yahudi telah melihat kuasa Yesus, tapi mereka tetap tidak percaya, bahkan berniat untuk membunuh-Nya. Padahal Yesus justru mau kita belajar percaya dengan ketidakhadiran-Nya (ay 15).
Keselamatan, seperti halnya penciptaan, adalah karya Tritunggal. Sang Putra telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini. Kini Ia ada bersama Bapa sedang menyiapkan tempat bagi kita di dunia nanti. Dan sebagai tanda penyertaan-Nya yang kekal, Ia menghadiahi kita dengan Roh Kudus yang diutus oleh Bapa dalam nama-Nya. Roh yang akan senantiasa membimbing, mengajar, dan membantu kita dalam perziarahan menuju Kerajaan Allah. Maka seperti para murid, sebagai anggota yang dimeteraikan lewat sakramen Baptis dan Krisma dalam tubuh gereja dengan Kristus sebagai kepalanya, adalah tugas kita, dengan berbagai karunia roh yang saling melengkapi, untuk mewartakan ini pula kepada sesama. Agar pada akhirnya semua kembali seperti semula, baik adanya. Marilah pergi. Kita diutus.
Comments
Post a Comment