Posts

Showing posts from June, 2011

Makan

Image
Seorang kenalan pernah mengatakan bahwa kalau sarapan, dia hanya mengkonsumsi 80% dari makanan yang disajikan. Menurutnya, salah satu faktor penyebab sakit sebetulnya adalah akibat makan kekenyangan. Terlepas dari konsep rasio konsumsinya, apa yang dikatakan ada benarnya juga. Soal makanan itu memang kritikal, ia bisa membuat manusia hidup, tapi bisa juga membuat celaka. Rasanya bukan kebetulan jika kejatuhan manusia pertama pun ada kaitannya dengan makan, dan Iblis pertama kali mencobai Yesus juga dengan senjata makanan, roti. Dalam bacaan Injil hari ini ( Yoh 6: 51-58 ), Yesus menyatakan bahwa daging-Nya adalah makanan, roti kehidupan. Barangsiapa yang menyantap-Nya akan hidup selamanya. Yesus tahu bahwa orang-orang yang mengikuti-Nya ke Kapernaum saat itu sebetulnya hanya ingin mencari makanan dalam arti lahiriah saja ( ay 26 ). Mereka tampaknya termasuk di antara yang ikut menikmati 5 roti dan 2 ikan yang digandakan. Maka ketika Yesus menyebutkan tentang makanan yang bertahan s

Dansa

Image
Orangtua mengorbankan orang lain demi anaknya atau mengorbankan anak untuk dirinya sendiri itu bukan tidak lazim di dunia ini. Tetapi ide tentang orangtua yang mau mengorbankan nyawa anak, apalagi anak tunggalnya, demi menyelamatkan orang lain jelas lebih sulit dicerna. Hanya ada 2 alasan yang bisa membuat ide tersebut rasional: anaknya sangat jahat atau orangtuanya tidak waras. Kunci pemahaman akan interaksi yang irasional antara Bapa, Putra, dan dunia seperti dalam bacaan Injil hari ini ( Yoh 3: 16-18 ) adalah pada hakekat dari Tritunggal itu sendiri. Meminjam deskripsi dari C.S. Lewis (penulis Kristen, juga pengarang novel fiksi The Chronicles of Narnia ), Timothy Keller, dalam salah satu bukunya, The King's Cross , menggambarkan relasi antara ketiga pribadi Tritunggal sebagai suatu "tarian dansa". Masing-masing pribadi menjadikan pribadi lain sebagai sentral. Ketimbang menuntut pribadi yang lain untuk mengitarinya, masing-masing pribadi justru dengan rela mengita

Roh Kudus

Image
"Damai sejahtera bagi kamu.", demikianlah salam Yesus saat Ia menampakkan diri kepada para murid paska kebangkitan-Nya menurut bacaan Injil hari ini ( Yoh 20:19-23 ). Terkesan ada yang luar biasa dari salam ini hingga Yesus perlu mengulanginya lagi ( ay 21 ). Sebab damai yang ingin dihantarkan niscaya bukanlah 'suasana tanpa konflik atau aman-aman saja' melainkan 'suatu kehidupan dalam kepenuhan yang utuh, suatu harmoni'. Harmoni yang mengingatkan kita saat manusia pertama dihembusi oleh Sang Pencipta dengan roh kehidupan. Ketika segala sesuatu itu baik adanya.  Hembusan itu kini terulang ( ay 22 ). Seakan menandakan bahwa suatu era kehidupan baru telah dimulai kembali. Yang kemudian diteguhkan lewat pencurahan Roh Kudus dalam wujud lidah api ke atas para murid pada hari Pentakosta. Api baptisan yang melumat habis 'manusia lama' mereka, lahir menjadi 'manusia baru'. Mereka tidak lagi diperbudak dalam ketakutan, tetapi hidup dalam kelimpah

Kemuliaan

Image
Seseorang dikatakan sungguh memuliakan sesuatu, jika baginya sesuatu itu tak ternilai harganya, indah dalam hakekatnya, sehingga ia mau melayani, menyenangkan, dan mengasihinya tanpa pamrih atau syarat, bahkan rela berkorban untuknya. Sesuatu itu menjadi tujuan, bukan alat, dari eksistensinya. "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau ... Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi ... sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.", demikian antara lain isi doa Yesus dalam bacaan Injil hari ini ( Yoh 17:1-11a ). Kita mungkin saja berpikir apa bedanya doa Yesus itu dengan doa orang egois. Bukankah Ia mempermuliakan Bapa itu ada motifnya ... kemuliaan diri? Bukankah Bapa menjadi alat untuk tujuan pribadi-Nya? Macam Yohanes dan Yakobus ( Mrk 10:35-45 ), kita memang kerap memandang kemuliaan cuma dengan hal-hal yang agung, indah, dan yang nikmat saja. Maka apa