Roh Hukum (2)


Dalam prelude khotbah antithesis-Nya (“Kamu telah mendengar … Tetapi Aku berkata …”) di atas bukit (Mat 5:17-48), Yesus sendiri menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan satu titik pun dari hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya. Adakah yang tidak sempurna atau salah dari hukum tersebut sehingga perlu digenapi? Niscaya tidak.

Persoalannya bukanlah pada hukumnya (Rom 7:12), tetapi pada tipu daya dosa dan kecenderungan manusia untuk melakukan pelanggaran. Manusia melanggar dengan hidup tidak menurut hukum yang diberlakukan kepadanya, atau melakukan secara letterlux perintah-perintah yang ada secara eksplisit dalam hukum tetapi kemudian secara langsung maupun tidak langsung mengeksploitasinya. Sikap para ahli Taurat dan kaum Parisi yang terakhir inilah boleh jadi yang paling dikecam oleh Yesus. Simaklah misalnya dialog antara Yesus dengan seorang ahli Taurat (Luk 10:25-29) di awal perumpamaan "Orang Samaria yang baik hati". Barangkali itulah sebabnya mengapa Yesus kemudian mengingatkan tentang sikap hidup keagamaan yang benar (Mat 5:20).

Yesus seakan memberi pesan, kalau kita tidak ingin menjurus kepada pembenaran diri dan akhirnya kematian kekal, jangan menghidupi hukum secara lahiriah, menurut hikmat dunia, tetapi hidupilah roh atau semangat dalam hukum tersebut. “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” (Yoh 6:63). Tidak cukup pula hanya mengandalkan hati nurani saja karena begitu gampangnya ia terkorupsi oleh kehendak bebas kita. Orang Kristen harus hidup surplus dengan standar moral yang terus ditingkatkan. Semangatnya harus positif (do to others what you want others do to you), bukan kebalikannya semata (don’t do to others what you don’t want others do to you). Maka maklumlah jika bagi sebagian orang perkataan Yesus adalah keras (Yoh 6:60). Keselamatan yang ditawarkan-Nya dianggap terlalu riil; kuk-Nya justru terasa membebani, bahkan menyakitkan, sehingga mereka lebih memilih kebebasan yang ilusif di luar-Nya, termasuk dengan meninggalkan-Nya.


Hukum Taurat telah menuntun manusia kepada Yesus (Gal 3:19-24), Taurat yang hidup. Bahwa menjadi nyata, karena hakekatnya dan akibat tipu daya dosa, manusia tidak akan pernah sanggup menerima pembenaran hanya dari perbuatannya, tetapi oleh kasih karunia dalam iman kepada Yesus. Iman yang menuntut kita untuk senantiasa hidup menurut roh hukum Kasih: kasih tehadap Allah dan kasih terhadap sesama seperti terhadap diri sendiri, karena “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 22:40). Ukurlah segala sesuatu yang kita pikirkan, katakan, dan perbuat dari buahnya (Gal 5:22). Selebihnya tidak lain hanyalah cinta diri.

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Walaupun ......

Keping Denarius

Aman Dalam Tangan-Nya