Personal Jesus
Menonton konser amal satu grup musik Inggris bulan lalu adalah impian yang jadi nyata setelah 27 tahun. Hadirnya seorang mantan personel yang hengkang 16 tahun silam dalam suatu surprise reuni semakin menambah kesan historis. Demi satu tujuan mulia, malam itu mereka mau melepaskan masa lalu yang telah terkontaminasi oleh perselisihan dan sinisme, berpelukan dan tampil bersama melantunkan balada berjudul Somebody: “Someone who'll help me see things in a different light. All the things I detest, I will almost like.” Apa kunci kelanggengan grup ini? Transformasi. Dari style lama, elektronik, ke style yang baru, plus drum dan gitar.
Yang lama dan yang baru, itulah pula tema utama bacaan hari ini (Yes 43:16-21, Yoh 8:1-11, Flp 3:8-14). Tentu ini bukan sekedar soal selera musik ataupun perselingkuhan. Ini tentang relasi antara Allah dan manusia. Lewat nabi Yesaya, Ia berfirman agar kita jangan terpaku pada hal-hal yang dahulu. Ia telah membuat sesuatu yang baru. Menghadapi ahli Taurat dan kaum Parisi, Yesus cuma asyik menulis dengan jari di atas tanah, seakan-akan sedang menorehkan sesuatu yang baru pula: hukum kasih, yang ditulis bukan lagi pada loh batu (lih. Kel 31:18 & Ul 9:10) tetapi di dalam hati setiap manusia, bukan dengan tinta tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup (2 Kor 3:3). Santo Paulus, setelah mengenal Yesus, menganggap masa lalunya sebagai sampah. Dan ia terus berusaha menggapai ke depan, untuk masuk ke dalam Kristus, bukan dengan kebenaran menurut perbuatan tetapi karena anugerah iman.
“Reach out and touch faith”, gapai dan sentuhlah iman, itulah seruan sang vokalis di tembang penutup. Ruang konser pun spontan bergelora. Dan ribuan penonton serentak mengangkat tangan ikut berdendang: “Your own Personal Jesus, someone to hear your prayers, someone who cares”. Suatu koreografi show sekuler dengan klimaks yang religius. Saat itu saya jadi teringat kembali kepada ahli Taurat dan kaum Parisi. Semula berapi-api, akhirnya satu per satu, niscaya dengan muram dan kecewa, meninggalkan Yesus dan wanita yang berzinah. Anti-klimaks. Dan ketika Yesus bertanya apakah ada yang menghukumnya, sang wanita menjawab: “Tidak ada.” Nobody. Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Nobody yang busybody, itulah ahli Taurat dan kaum Parisi. Sikap mereka hanya memberikan citra kuno yang keliru tentang Allah: asing dan pemarah. Tapi Yesus? Dia lah Somebody, citra baru Allah yang sejati.
“Reach out and touch faith”, gapai dan sentuhlah iman, itulah seruan sang vokalis di tembang penutup. Ruang konser pun spontan bergelora. Dan ribuan penonton serentak mengangkat tangan ikut berdendang: “Your own Personal Jesus, someone to hear your prayers, someone who cares”. Suatu koreografi show sekuler dengan klimaks yang religius. Saat itu saya jadi teringat kembali kepada ahli Taurat dan kaum Parisi. Semula berapi-api, akhirnya satu per satu, niscaya dengan muram dan kecewa, meninggalkan Yesus dan wanita yang berzinah. Anti-klimaks. Dan ketika Yesus bertanya apakah ada yang menghukumnya, sang wanita menjawab: “Tidak ada.” Nobody. Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Nobody yang busybody, itulah ahli Taurat dan kaum Parisi. Sikap mereka hanya memberikan citra kuno yang keliru tentang Allah: asing dan pemarah. Tapi Yesus? Dia lah Somebody, citra baru Allah yang sejati.
Tanpa terasa, pesta pun usailah. Saya dan istri beranjak pulang, berjalan ke stasiun underground terdekat. Di malam yang dingin itu, sayup-sayup seakan masih terdengar lantunan melodi: “Take second best, put me to the test. Things on your chest, you need to confess. I will deliver, you know I’m a forgiver.” Ah, Yesus, Engkau memang sungguh Allah yang personal bagiku.
Comments
Post a Comment