Semuanya Sudah Diatur
“Pergilah ke kota; di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia …” (Mrk 14:13-15) demikianlah kalimat awal dari pesan Yesus kepada Petrus dan Yohanes (Luk 22:8) yang ditugaskan untuk mempersiapkan perjamuan Paskah di Yerusalem pada hari pertama hari raya Roti Tidak Beragi.
Penugasan ini agak bergaya spionase. Menurut teori yang populer, Yesus bertindak demikian karena alasan keamanan mengingat para imam kepala dan ahli taurat saat itu sudah bersepakat untuk membunuh Dia. Yesus tidak ketakutan, Ia hanya ingin semua rencana-Nya terpenuhi pada waktunya. Menariknya, pembawa kendi air tersebut, menurut terjemahan alkitab pada umumnya, adalah seorang laki-laki, padahal pada masa itu pekerjaan tersebut lebih lazim dilakukan oleh kaum wanita. Konon ini disengaja agar kedua murid lebih mudah untuk mengenalinya.
Penugasan ini agak bergaya spionase. Menurut teori yang populer, Yesus bertindak demikian karena alasan keamanan mengingat para imam kepala dan ahli taurat saat itu sudah bersepakat untuk membunuh Dia. Yesus tidak ketakutan, Ia hanya ingin semua rencana-Nya terpenuhi pada waktunya. Menariknya, pembawa kendi air tersebut, menurut terjemahan alkitab pada umumnya, adalah seorang laki-laki, padahal pada masa itu pekerjaan tersebut lebih lazim dilakukan oleh kaum wanita. Konon ini disengaja agar kedua murid lebih mudah untuk mengenalinya.
Betul atau tidak teori tersebut, yang jelas semuanya sudah diatur oleh Yesus secara detail. Bagaikan suatu naskah cerita, tinggal dilakoni, dan ending-nya pun sudah jelas. Kalau begitu, bukankah ini sama seperti yang Allah kerjakan bagi keselamatan kita? Bukankah perjumpaan dengan pembawa kendi air adalah perjumpaan kita dengan Roh Kudus yang membawa air kehidupan sebagai tanda kelahiran baru? (Yoh 3:5). Penolong yang tidak dikenal dan tidak terlihat oleh dunia, tetapi senantiasa menyertai kita dalam perjalanan ke rumah Bapa. (Yoh 14:16-17). Bukankah Bapa adalah sang Tuan Rumah yang telah mempersiapkan segala sesuatu di Ruang Atas bagi Perjamuan Kawin Anak Domba-Nya? (Why 19:6-10). Pengantin yang bukan hanya mau menanggalkan jubah untuk membasuh kaki para murid, tetapi rela mempersembahkan tubuh dan darah-Nya agar semua bisa mendapat bagian di dalam-Nya (Yoh 13:8).
Yesus adalah Imam Agung sekaligus korban. Ia telah masuk sekali untuk selamanya ke dalam kemah yang bukan didirikan oleh manusia, mempersembahkan bukan lagi darah hewan tetapi darah-Nya sendiri (Ibr 9:12), sebagai meterai atas Perjanjian Baru kita dengan Allah. Sekarang, undangan perkawinan Anak Domba di Kerajaan Allah pun sudah disebar (Mat 22). Kita semua, yang baik dan yang jahat, sama-sama diundang. Undangan-Nya tidak bisa dibeli. Kita hanya perlu mengganti baju lama kita dengan baju pesta anugerah yang telah disediakan-Nya. Masuk ke ruang pesta maha kudus, minum anggur yang baru bersama-Nya (Mrk 14:25), anggur terbaik Perkawinan Kana yang disajikan terakhir. Bersatu dalam kemuliaan sang Raja di Yerusalem Baru untuk selama-lamanya. Semuanya sudah diatur. Ah, betapa beruntungnya kita.
Comments
Post a Comment