Posts

Showing posts from February, 2009

Iman Yang Tak Lumpuh

Image
Injil hari ini ( Mrk 2:1-12 ) menceritakan peristiwa Yesus mengampuni dan menyembuhkan seorang lumpuh berkat iman para pengusungnya. Semangat dan usaha mereka, sampai mau menurunkan si lumpuh melalui atap rumah, mengisyaratkan harapan dan keyakinan mereka pada kuasa Yesus. Pantaslah Ia memuji iman mereka. Tindakan pertama Yesus mengampuni dosa si lumpuh kontan menimbulkan reaksi di dalam hati para ahli Taurat. Bagi mereka itu adalah penghujatan sebab hanya Allah yang berhak mengampuni. Tetapi Yesus tahu bahwa mereka sangat memahami arti "berkata lebih mudah daripada berbuat", yang tidak lain adalah sikap hidup mereka sendiri ( Matius 23 ). Penyembuhan si lumpuh dengan demikian merupakan bukti bahwa Ia juga berkuasa atas dosa, sumber penyakit dalam pandangan tradisional masa itu, walau dalam kenyataannya lebih mudah bagi mereka untuk menerima penyembuhan tersebut daripada menerima-Nya sebagai Anak Manusia yang berkuasa untuk mengampuni dosa. Sikap yang

"Aku Mau, Sembuhlah!" (Mrk 1:41)

Image
Tzaraath (Ibrani) atau yang disebut kusta dalam alkitab terjemahan lama tidak mutlak pasti merupakan penyakit kusta (Hansen) yang dikenal dalam ilmu kedokteran modern. Tzaraath mencakup ragam penyakit pada kulit yang lebih luas, bahkan termasuk jamur yang menyerang pakaian dan dinding rumah. Karena terbatasnya pengetahuan pada zaman Perjanjian tentang penyakit, apalagi pengobatannya, dapat dimaklumi jika tzaraath dianggap berbahaya. Penderitanya dikucilkan dari keluarga dan masyarakat, tinggal di luar perkemahan, dan harus menyatakan diri sendiri najis. Penderitaan terbesar bukanlah sakit itu sendiri tetapi karena ditolak dan disisihkan. Dari kacamata rohani, tzaraath mirip dengan gambaran dosa. Sama seperti tzaraath yang dimulai dari titik kecil pada kulit, dosa pun sering dimulai dari hal-hal yang kecil dan sepele, yang iseng-iseng. Tanpa disadari oleh pengidapnya, ternyata telah meluas ke berbagai sendi kehidupan. Dosa membuat manusia terpisah dari komunitas

Waktu ≠ Uang, Waktu = Kehidupan

Image
Injil Markus 1:29-39 memperlihatkan betapa mengesankannya penatalayanan waktu yang dilakukan oleh Yesus: mengajar di rumah ibadat pada hari Sabat, pergi ke rumah Simon dan menyembuhkan mertuanya pada sore harinya, lalu setelah matahari terbenam “buka praktek” menyembuhkan orang-orang yang sakit dan kerasukan setan, bangun subuh-subuh untuk berdoa, dan sesudah itu, berangkat menuju kota-kota lainnya. Yesus sangat sibuk, jadwalnya padat, tetapi tidak pernah terkesan buru-buru dan kehabisan waktu. Kunci dari manajemen waktu Yesus yang efektif adalah fokus pada pelayanan yang visioner. Ia datang bukan untuk menyembuhkan seluruh orang yang mencari-Nya ( Mark 1:37 ). Ia bisa saja memanfaatkan kuasa-Nya untuk ketenaran pribadi. Tetapi ini juga tidak dilakukan-Nya. Bagi Yesus, penyembuhan fisik bukanlah tujuan utama melainkan mengarah kepada tujuan yang lebih besar, yaitu Kerajaan Allah. “... supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”. Kala

Otoritas

Image
Injil Markus 1:21-28 mencatat, saat pertama kali mengajar dalam rumah ibadat di Kapernaum, Yesus membuat takjub orang-orang yang mendengar-Nya. Penulis Injil tidak menceritakan apa yang diajarkan Yesus saat itu, namun pasti ada sesuatu yang luar biasa yang tidak pernah mereka dengar atau rasakan dari guru-guru agama mereka selama ini. Kita tahu jika ahli-ahli Taurat mengajar dengan mengandalkan pada tafsir atas Kitab Suci atau dengan mengutip para rabi pendahulu, maka Yesus bersabda dengan suatu ekspresi otoritas yang luar biasa: “Aku berkata kepadamu”. Kuasa atau otoritas Yesus tidak diperoleh dari sekolah atau karena pengetahuan Kitab Suci, tetapi karena Ia adalah Anak Allah ( Yoh 5:19-20 ; 7:15-18 ). “Ia akan berbicara atas nama-Ku dan Aku akan menghukum siapa saja yang tidak mau mendengarkan dia.” ( Ul 18:19 ), demikian firman Allah kepada Musa dalam bacaan hari ini. Otoritas Yesus semakin nyata saat Ia berinteraksi dengan seorang yang kerasukan. Kehadiran-Ny