Penasaran atau Pewartaan?
Luk 21:5-19; 2 Tes 3:7-12
Injil Minggu ini adalah bagian awal dari pengajaran atau nubuat Tuhan Yesus tentang 'akhir zaman'. Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, orang Yahudi pada umumnya percaya bahwa Mesias, raja agung keturunan Daud, yang sejati itu baru akan datang kelak. Kedatangan-Nya akan menandai permulaan dari Abad Mesianik, zaman baru pemulihan Israel, masa ketika Bait Allah yang baru dan abadi (lih. Yeh 40-42) akan dibangun pula. Maka ketika Yesus menubuatkan bahwa Bait Allah yang ada saat itu akan runtuh, dengan antusias mereka ingin tahu kapan itu akan terjadi. Kedatangan Mesias yang dinanti-nantikan seakan sudah dekat waktunya.
Sebagai insan yang bernalar, keingintahuan kapan sesuatu yang besar dan penting akan terjadi di masa depan, apalagi perihal akhir zaman, itu rasanya manusiawi dan sah-sah saja. Tapi persoalannya adalah adakah yang baik yang bisa timbul dengan pengetahuan tersebut? Atau jangan-jangan justru sebaliknya? Kalau boleh sedikit berspekulasi dengan meminjam perumpaaan Yesus, tidakkah hamba yang jahat mungkin malah akan semakin jahat jika ia kini mengetahui dengan pasti kapan tuannya akan pulang? Yesus sendiri memperingatkan akan bahaya yang bakal timbul akibat sekedar keingintahuan tentang akhir zaman: penyesatan dan kesesatan (Luk 21:8). Sebaliknya, Ia menghimbau untuk terus berjaga-jaga, siap sedia sebagai pengurus rumah yang setia dan bijaksana (Luk 12:35-48 & 21:34-36). Sebab fokus pada masa depan jangan sampai menjadi spekulasi yang melalaikan tugas dan tanggung jawab di masa kini. Niscaya ini pula inti peringatan Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika dalam bacaan Minggu ini: “… jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan… ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna."
Kabar keselamatan itu barangkali boleh pula dianalogikan dengan seorang wanita yang rindu untuk mendapatkan keturunan. Pengetahuan tentang kabar gembira atas kandungannya jelas tidak dengan sendirinya akan menjadikannya seorang ibu yang baik. Ia mesti belajar dan mempersiapkan diri dengan tekun agar pada saatnya sungguh-sungguh layak menyandang predikat Ibu. Bukan dalam artian biologis saja. Demikian halnya keselamatan tidak bisa diperoleh hanya lewat pengetahuan yang hebat dan mendalam tentang Kitab Suci ataupun nubuat-nubuat masa depan, melainkan dengan mengambil bagian kita secara aktif dalam karya keselamatan. Maka seperti halnya para murid, selain berjaga-jaga, kita juga dituntut untuk menjadi saksi (Luk 21:13). Sebab akhir zaman harus terlebih dulu diawali oleh sesuatu yang penting: pewartaan kabar gembira ke seluruh dunia, sampai ke bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. “… sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." (Luk 21:24). Ditanggung ini bukanlah tugas yang nyaman dan aman. Musuh, dan bahkan bisa jadi termasuk orang yang paling dekat dengan kita, niscaya tak akan tinggal diam. Tapi itulah hakekat pewartaan yang sejati. Sebab Kabar Gembira tanpa Salib Kristus dan Kebangkitan-Nya rasanya hanyalah omong kosong belaka.
Injil Minggu ini adalah bagian awal dari pengajaran atau nubuat Tuhan Yesus tentang 'akhir zaman'. Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, orang Yahudi pada umumnya percaya bahwa Mesias, raja agung keturunan Daud, yang sejati itu baru akan datang kelak. Kedatangan-Nya akan menandai permulaan dari Abad Mesianik, zaman baru pemulihan Israel, masa ketika Bait Allah yang baru dan abadi (lih. Yeh 40-42) akan dibangun pula. Maka ketika Yesus menubuatkan bahwa Bait Allah yang ada saat itu akan runtuh, dengan antusias mereka ingin tahu kapan itu akan terjadi. Kedatangan Mesias yang dinanti-nantikan seakan sudah dekat waktunya.
Sebagai insan yang bernalar, keingintahuan kapan sesuatu yang besar dan penting akan terjadi di masa depan, apalagi perihal akhir zaman, itu rasanya manusiawi dan sah-sah saja. Tapi persoalannya adalah adakah yang baik yang bisa timbul dengan pengetahuan tersebut? Atau jangan-jangan justru sebaliknya? Kalau boleh sedikit berspekulasi dengan meminjam perumpaaan Yesus, tidakkah hamba yang jahat mungkin malah akan semakin jahat jika ia kini mengetahui dengan pasti kapan tuannya akan pulang? Yesus sendiri memperingatkan akan bahaya yang bakal timbul akibat sekedar keingintahuan tentang akhir zaman: penyesatan dan kesesatan (Luk 21:8). Sebaliknya, Ia menghimbau untuk terus berjaga-jaga, siap sedia sebagai pengurus rumah yang setia dan bijaksana (Luk 12:35-48 & 21:34-36). Sebab fokus pada masa depan jangan sampai menjadi spekulasi yang melalaikan tugas dan tanggung jawab di masa kini. Niscaya ini pula inti peringatan Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika dalam bacaan Minggu ini: “… jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan… ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna."
Kabar keselamatan itu barangkali boleh pula dianalogikan dengan seorang wanita yang rindu untuk mendapatkan keturunan. Pengetahuan tentang kabar gembira atas kandungannya jelas tidak dengan sendirinya akan menjadikannya seorang ibu yang baik. Ia mesti belajar dan mempersiapkan diri dengan tekun agar pada saatnya sungguh-sungguh layak menyandang predikat Ibu. Bukan dalam artian biologis saja. Demikian halnya keselamatan tidak bisa diperoleh hanya lewat pengetahuan yang hebat dan mendalam tentang Kitab Suci ataupun nubuat-nubuat masa depan, melainkan dengan mengambil bagian kita secara aktif dalam karya keselamatan. Maka seperti halnya para murid, selain berjaga-jaga, kita juga dituntut untuk menjadi saksi (Luk 21:13). Sebab akhir zaman harus terlebih dulu diawali oleh sesuatu yang penting: pewartaan kabar gembira ke seluruh dunia, sampai ke bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. “… sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." (Luk 21:24). Ditanggung ini bukanlah tugas yang nyaman dan aman. Musuh, dan bahkan bisa jadi termasuk orang yang paling dekat dengan kita, niscaya tak akan tinggal diam. Tapi itulah hakekat pewartaan yang sejati. Sebab Kabar Gembira tanpa Salib Kristus dan Kebangkitan-Nya rasanya hanyalah omong kosong belaka.
Comments
Post a Comment