Yoh 12:20-33 Seorang pengusaha muda Muslim, sebut saja Untung namanya, punya sebuah pengalaman langka. Berkat bantuan seorang kenalan di Italia, ia memperoleh undangan misa bersama Bapak Suci di Vatikan. Alih-alih menghadiri misa yang dibatalkan, Bapak Suci malah mengundangnya beraudiensi. Untung pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Saat audiensi, ia bahkan nekad memeluk Bapak Suci, mengabaikan protokol sebatas bersalaman sambil membungkuk dan cium tangan saja. “Kapan lagi?”, ungkapnya. Bisa beraudiensi dengan figur kondang tentunya mendatangkan kepuasan tersendiri. Bacaan Injil hari ini menceritakan bagaimana orang-orang Yunani juga ingin bertemu dengan satu figur fenomenal pada masa itu, Yesus. Kiranya mereka tertarik dengan agama Yahudi dan telah banyak mendengar tentang Yesus dan karya-Nya. Mereka mendatangi Filipus karena ditenggarai ia bisa berbahasa dan mengenal budaya Yunani mengingat asalnya dari Betsaida di Galilea. Terkesan ragu meladeni, barangkali te...
Meski mendapat kesempatan dan kemudahan mengetahui rahasia Mesianik dan Kerajaan Allah, para murid ternyata masih belum mengerti siapakah Yesus sebenarnya. Injil hari ini ( Mrk 4:35-40 ) menceritakan mereka dikuasai oleh ketakutan, takut saat menghadapi angin ribut dan tetap juga “takut” setelah menyaksikan kuasa Yesus. Kita juga bisa mengalami “angin ribut” yang mengancam harta, karir, rumah tangga, bahkan nyawa kita. Ketika segala upaya sudah ditempuh, tetapi badai persoalan tak kunjung reda, ketakutan pun menguasai kita. Dan kita berteriak seperti para murid: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Mungkinkah Yesus membiarkan mereka yang diajak berlayar bersama-Nya gagal sampai ke seberang? Mungkinkah Ia membiarkan kita yang sudah dianugerahi dengan janji keselamatan kekal binasa ketika berjalan bersama-Nya? Kita ragu karena kita sebenarnya juga belum kenal betul siapa Yesus … Ia yang berkuasa mengendalikan laut dan ombak ( Ayub 38:8-11 ). Musibah dapat menim...
Mrk 10:46-52 Manusia pada umumnya tidak suka pada gelap, terlebih saat sedang sendirian. Berada dalam kegelapan membuat orang merasa tak berdaya karena ketidaktahuan atau tepatnya karena khawatir akan hal-hal buruk yang bisa menimpa atau mengagetkan dirinya. Jika gelap sesaat saja bisa menggelisahkan, bayangkan apa yang dirasakan orang yang semula dapat melihat tetapi kemudian menjadi buta. Buta dan miskin, itulah gambaran populer tentang Bartimeus. Sejumlah terjemahan kitab suci menyiratkan bahwa Bartimeus bukan buta sejak lahir ( lih. a.l.: NJB ay. 51 & 52 ). Dengan kata lain, Bartimeus niscaya pernah menikmati indahnya penglihatan. Entah bagaimana ia menjadi buta atau sejak kapan ia menjadi miskin. Yang pasti Bartimeus pernah sangat menderita. Tak bisa berbuat apa-apa kecuali mengemis di pinggir jalan dan tak punya apa-apa kecuali barangkali cuma sehelai jubah saja. Sebelum akhirnya ia disembuhkan oleh dan kemudian mengikuti Yesus. Buta adalah sebuah kondisi tanpa p...
Comments
Post a Comment